Chapter 59 (Tengkar)

512 49 9
                                    

*****

Farez mengusap kepala Barra pelan, berharap kekasihnya itu mau mengerti dan beristirahat terlebih dahulu di rumah. "Nanti malem aku ke sini lagi sayang. Kamu istirahat dulu di sini ya," ucapnya pelan.

"Aku ini udah nggak papa Rez. Udah kayak biasanya lagi, emang kenapa sih kalau aku ikut ke asrama. Sama aja kan?" Protes Barra.

Farez tersenyum kecil, "Iya aku paham, Barra. Tapi aku nggak mau kamu kecapekan. Kamu istirahat dulu di rumah ya. Aku ntar malem ke sini lagi beneran."

"Ah udah lah terserah kamu, Rez," ucap Barra kemudian berbalik dan berlari masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya. Ia benar-benar kesal. Sedangkan Farez hanya bisa menghela nafas pelan.

Tuan Bram yang menyaksikan perdebatan itu dari jauh pun akhirnya ikut bersuara. "Anak itu...." Kemudian ia menatap Farez, "Rez, maafin Barra ya. Keras kepalanya emang susah sembuh, padahal maksud kamu kan baik."

"Nggak papa Om," ucap Farez sambil tersenyum.

"Kamu nggak sarapan dulu aja, Rez?"

Farez menggeleng, "Makasih Om, tapi nanti takutnya Farez kesiangan. Soalnya ke asrama dulu baru ke kantor." Masa magangnya masih kurang tiga hari, dua hari yang digunakan untuk outing kemarin ternyata tidak masuk ke dalam hitungan.

Tuan Bram mengangguk mengiyakan, namun kemudian nampak berpikir, "Eh, tapi Om jadi kepikiran juga. Kenapa Barra nggak kamu bolehin balik ke asrama?"

Farez terdiam menatap Tuan Bram.

*****

Barra tidur dengan posisi tengkurap, bibirnya masih mengerucut kesal. Farez pasti sudah pergi dengan taxi online yang ia pesan, Barra mendengar suara mobilnya tadi.

"Bahkan nggak ngebujuk gue?? Tuh orang kenapa sih?" Gerutunya. Jujur saja ia sedikit kepikiran dengan tingkah laku kekasihnya itu, namun dirinya kesal karena Farez benar-benar tidak ingin mengatakan apapun. Barra bisa merasakan ada sesuatu yang membebani pikiran Farez.

Ponsel berdering mengejutkan dirinya, "Kris?"

"Halooo"

"Halo, Bar??"

"Iya ada apaan, Kris?"

"Kenapa suara lu kayak gitu?"

"Hmmm, nggak papa. Lagi bete gue," jawab Barra malas.

Terdengar suara helaan nafas dari seberang, "Napa lagi sih lu, tapi udah enakan kan?"

"Gue udah nggak papa kok Kris. Lu tenang aja ya," jawab Barra sambil tersenyum.

"Hari ini di rumah terus nggak, sama Om?"

"Kalau gue ya di rumah, nggak tau kalau Ayah. Kenapa emang?"

"Ntar agak siangan gue ke sana sama Ayah ya. Tolong bilangin ke Om," jawab Kris.

"Oooh, oke habis ini gue bilangin ke Ayah. Padahal nggak usah repot loh," ucap Barra.

"Hari ini tuh gue bilang ke Ayah mau ke rumah lu. Orangnya kemarin khawatir pas denger kabarnya, tapi nggak bisa langsung ke sana soalnya posisi gue sama Ayah kan belum pulang. Jadi Ayah yang bilang tadi pengen ikut ke sana," jelas Kris.

Barra mengangguk paham, "Ya udah ntar aku bilangin ke Ayah ya. Makasih Kris."

"Ya udah gue mandi dulu ya," ucap Kris kemudian menutup panggilan itu.

Barra menghela nafas pelan lalu bangkit dan segera turun ke bawah.

*****

Farez memasuki kamar asramanya dengan langkah pelan, setelahnya ia menghempaskan tubuhnya ke sofa kamar. Farez mengusap wajahnya kasar, bayangan kejadian kemarin benar-benar masih menghantui pikirannya.

OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang