Chapter 24 (Kenyataan)

1.1K 66 8
                                    

****

Tuan Bram mondar mandir di ruangan tempat kantornya biasa bekerja. Sang sekretaris masih mencoba mengawasi file perusahaan.

Tuan Bram memijat keningnya pelan, tak habis pikir dengan kejadian beberapa hari terakhir. Ada oknum yang mencoba meretas file perusahaan miliknya, namun untung saja usaha tersebut berulang kali gagal, karena Tuan Bram telah menggunakan proteksi berlapis untuk mengamankan seluruh file penting yang bersifat rahasia.

"Siapa kira-kira yang melakukan ini?" Tanya Tuan Bram.

Sang sekretaris hanya bisa menggeleng pelan, "Saya juga kurang tahu, Pak. Tapi saya sudah coba buat sewa orang yang bisa retas jaringan yang mencoba masuk buat mencuri data perusahaan. Minimal nanti siang, kita akan dapat jawabannya."

Tuan Bram mengangguk, berusaha tenang dan tidak ingin banyak orang yang tahu mengenai ini. Pikirannya benar-benar bercabang. Permasalahan Barra, permasalahan perusahaan, kenapa ini terjadi di waktu yang hampir bersamaan?

Tuan Bram juga belum bisa menghubungi Barra sejak anaknya itu keluar dari rumah beberapa hari yang lalu. Ia memutuskan untuk bertanya pada Mama Farez, namun nyatanya sahabat dari mendiang istrinya itu juga tidak tahu. Bahkan Kirana malah berulang kali meminta maaf kepadanya atas kesalahan yang mungkin telah dilakukan oleh Farez. Meskipun dia sendiri juga tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh Farez.

Saat ini, Tuan Bram hanya bisa mengawasi Barra dari jauh. Ketika dia mengetahui jika anaknya itu tetap pulang ke asrama, hatinya sedikit tenang. Namun dia terus berusaha mencari solusi, agar anaknya bisa kembali ke kehidupan yang lebih baik.

****

Barra mengelus pusara di depannya dengan mata sembab.

Lihat keadaannya sekarang, pipi yang dulu gembil kini nampak tirus. Begitu juga tubuhnya yang semakin kurus. Stress yang dirasakan oleh Barra seakan tidak pernah berujung.

"Bunda... bunda apa kabar di sana?"

Air matanya kembali mengalir deras, "Bunda, Barra kangen. Barra kangen dipeluk sama Bunda. Mungkin kalau Bunda masih ada, hidup Barra nggak akan kayak gini," isaknya.

"Barra boleh nggak kalau ketemu Bunda aja, Barra pengen dipeluk. Barra pengen tidur sama Bunda. Nggak papa kalau Bunda mau marahin Barra kayak apa, daripada Barra sendirian. Baru aja Barra ngerasain bahagia, tapi Barra dibuang lagi Bunda.."

"Hiks, maafin Barra ya Bunda, Barra pasti udah bikin Bunda kecewa. Bunda pasti marah sama Barra, Barra emang anak yang nggak berguna."

Barra kemudian memeluk pusara itu erat dengan air mata yang terus mengalir, menangis sesenggukan di sana. "Hiks, Barra ikut Bunda aja ya..."

****

Sedangkan di kampus, Kris sudah tidak bisa menahannya lagi. Beberapa hari ini, Barra benar-benar tidak bisa dikontrol. Bahkan beberapa hari yang lalu adalah puncaknya, ketika sepupu kesayangannya itu hampir melakukan ONS dengan pria yang tidak dikenal.

Flashback On

Yuwa dan Cashel berlari memasuki pub yang dulu biasa mereka datangi. Yuwa mendapatkan kabar, jika Barra tengah berada di sana dengan bener orang lelaki.

Yuwa mengedarkan pandang untuk mencari keberadaan Barra, sedangkan Cashel mencoba bertanya pada bartender yang biasanya meracik minuman untuk mereka.

"Yu, mereka bilang Barra tadi ke atas," ucap Cashel dengan bergetar.

"Hah???? Ke atas?? Ngapain??" Tanya Yuwa terkejut.

Mereka berdua sangat tahu, ruangan di lantai atas itu digunakan untuk apa. Segera saja Yuwa dan Cashel berlari menuju ke sana.

Saat mencapai di ujung tangga, Yuwa bisa mendengar suara desahan di balik dinding koridor paling ujung. Yuwa tahu betul itu suara siapa, dalam hatinya berharap agar apa yang ia takutkan tidak akan terjadi.

OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang