Chapter 26 (Trauma)

1.2K 64 7
                                    

****

Kirana dan Jo berjalan cepat di koridor rumah sakit. Semalam Dareen pulang dan mengabarkan jika Barra sudah ditemukan. Namun Farez melarang mereka pergi ke rumah sakit saat itu juga, karena sudah larut malam. Jadi mereka kemari saat pagi hari.

Sesampainya di depan ruangan, bisa terlihat Farez yang tengah menunggu dengan Tuan Bram.

"Kakak...." panggil Kirana pelan. Farez pun menoleh kemudian memeluk sang Ibu, "Ma..." lirih Farez.

Kirana mengelus punggung Farez pelan, "Barra gimana?"

Sedangkan Ayah Farez segera menyapa Ayah Barra. Menanyakan perihal keadaan Barra, "Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi pada Barra, Bram."

Tuan Bram tersenyum, "Makasih, Jo. Kami masih nunggu Barra sadar. Kemarin dokter bilang, pemeriksaan lanjutan bisa dilakukan jika Barra telah sadar sepenuhnya. Buat saat ini, nggak ada luka dalam yang dikhawatirkan."

Farez dan Sang Mama juga turut mendengarkan apa yang dikatakan oleh Tuan Bram. "Kak, kamu ganti baju dulu terus makan. Bersih-bersih dulu ya. Ini Mama bawain dari rumah," ucap sang Mama sambil menyerahkan satu paperbag pada Farez. Ia tahu, Farez tidak akan mau meninggalkan Barra sendirian. Meskipun mereka belum tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi, namun ia tahu jika Farez sangat menyayangi Barra.

Farez menerima paperbag tersebut, kemudian memandang pintu ruangan Barra dengan ragu. Ia sungguh tidak ingin meninggalkan Barra sedetikpun.

Tuan Bram yang memahami tatapan mata Farez pun segera maju dan menepuk pundak Farez pelan, "Om janji, akan ngasih tau Farez lebih dulu kalau Barra sadar ya. Dari semalem kamu nggak makan apapun, jangan sampai Farez ikut sakit."

Bahkan semalam saat Tuan Bram membeli secangkir kopi, Farez tidak mau. Dia benar-benar tidak ingin meninggalkan Barra sedetik pun.

Farez berpikir sebentar, kemudian mengangguk. Setelahnya ia pergi untuk membersihkan diri.

Sepeninggal Farez, Kirana dan Jo mengajak Tuan Bram berbicara. Mereka menanyakan kronologi kejadian yang terjadi pada Barra. Kirana tak bisa membendung air matanya, ia tak bisa membayangkan bagaimana ketakutannya Barra saat itu. Belum lagi masa lalu kelam yang pernah Barra alami.

Jo mengelus dan menenangkan Kirana, "Jadi itu yang bikin Barra minta pindah dari rumah lama?" Tanya Kirana pelan.

Tuan Bram menunduk sedih, kemudian mengangguk, "Aku pun merasa gagal, bagaimana mungkin aku tidak mengetahui hal ini sama sekali. Bukan cuma anakku, keponakanku juga harus mengalami trauma karena dia yang menjadi saksi tindakan bejat Liam."

"Liam harus mendapatkan hukuman yang setimpal!" Ucap Jo dengan menggebu. Dia sangat mengutuk tindakan yang Liam lakukan, apalagi Barra juga sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Anak itu sebenarnya anak yang baik, hanya saja ternyata masa lalunya membuat Barra menjadi seperti ini.

Jo menghela nafas pelan, "Aku juga ingin minta maaf, terakhir kali Farez pasti udah nyakitin hati Barra."

Bram menggeleng pelan, "Jangan salahkan Farez, kita belum tahu kejadian apa sebenarnya yang mereka alami sampai sempat saling menjauh seperti kemarin."

Sedangkan di sisi lain, Farez membasuh wajahnya dengan air. Kemudian melamun di depan wastafel, ingatannya melayang pada kondisi Barra. Pipinya yang makin tirus, belum lagi luka lebam di sekujur tubuh Barra. Tatapan ketakutan yang tergambar jelas di matanya, membuat hati Farez benar-benar hancur.

Ia meremat wastafel kuat, "Harusnya gue percaya sama Barra. Harusnya gue nggak tenggelam sama pemikiran gue sendiri," lirih Farez.

Lama ia berdiam diri di sana, hingga suara dering ponsel terdengar. "Halo, Om! Oke, iya Farez ke sana!"

OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang