Chapter 86 (Lulus?)

408 32 31
                                    

*****

Barra masih terus mengelus punggung Cashel yang menangis sesenggukan di sana. Tuan Bram hanya bisa menatap dari kejauhan, dulu dirinya sangat tidak menyukai jika Barra bergaul dengan Yuwa maupun Cashel, karena ia menganggap dua orang ini yang telah membuat Barra terjerumus dalam dunia malam.

Sampai dirinya memahami, jika ketiganya memang sahabat yang tidak mungkin terpisahkan.

Ia menatap Bibi Tam yang baru saja keluar dari dapur, "Bi, tolong buatin minum buat temennya Barra ya. Kayaknya lagi ada masalah."

"Oh iya Tuan, baik," jawab Bibi Tam kemudian kembali masuk ke dalam dapur. Setelahnya Tuan Bram kembali masuk ke ruang kerjanya.

"Shel udah jangan nangis terus," lirih Barra, kemudian menatap Farez yang masih memperhatikan keduanya.

"Gue nggak nyangka Kak Ervin bohongin gue sejauh ini Bar, kenapa dia nggak bilang apapun tentang ini, hiks," Isak Cashel.

Barra memicing, kemudian menoleh ke arah Farez yang gelagapan karena tiba-tiba ditatap sedemikian rupa oleh Barra.

"Apa Babe?"

"Kamu kok nggak pernah bilang ke aku, kalau Martin-Martin itu pernah dibawa ke rumah sama Ervin!" Sewot Barra. Sedangkan Cashel ikut menatap Farez dengan sorot mata tanya.

"Emang mereka udah kenal sebegitu dekatnya ya kak?" Tanyanya lirih.

Farez menggeleng cepat, "Bentar-bentar. Gini ya, Shel... Barra... Dengerin aku dulu. Sebenernya ini bukan ranah aku buat jelasin, ini permasalahan Ervin sama Cashel, tapi dulu emang Ervin sempet bawa Martin ke rumah, tapi aku bisa jamin dia nggak pernah ngenalin Martin sebagai pacar dia. Bahkan ada aku juga di sana, Ervin nggak pernah dateng berdua aja sama Martin."

Cashel masih terisak, begitu juga Barra yang masih menatap Farez sedikit tidak percaya.

Lalu mengapa sikap Ibu Ervin langsung berubah? Barra yakin ini ada kaitannya dengan Martin, tidak mungkin tidak.

"Gini, lebih baik lu dengerin dulu penjelasan Ervin gimana. Bukannya lu bilang sendiri tadi, kalau Ervin juga ngamuk di rumah," lanjut Farez.

"Tapi kenapa Kak Ervin nggak ngomong kalau dia pernah bawa Martin ke rumah?" Tanya Cashel lagi entah pada siapa.

"Karena Ervin pikir ini nggak akan jadi masalah ke depannya Shel, dia nggak pernah ajak Martin ke rumah sebagai pacar dia. Beda sama lu yang dia kenalin ke Ibunya sebagai pacar dia, gue pikir ada suatu hal nggak bener yang lagi-lagi dilakuin sama Martin," jawab Farez.

"Terus gue harus gimana? Hati gue rasanya ancur banget, hiks," ucap Cashel kembali terisak. Barra kembali memeluk sahabatnya itu, ia merapalkan kalimat penenang dan berharap bisa mengurangi kekalutan Cashel.

"Menurut gue, lu musti denger penjelasan Ervin. Kasih kesempatan dia buat ngomong Shel," jawab Barra.

Cashel melepaskan pelukannya, "Tapi gue bingung Bar, gue belum bisa ketemu dia."

Barra kembali menatap Farez, bersamaan dengan itu ponsel Farez berdering.

"Siapa Yang?" Tanya Barra.

Farez mendongak, menatap Cashel dan Barra bergantian, "Ervin."

"Gue boleh kasih tau posisi lu yang lagi ada di sini? It's okay misal lu belum bisa ketemu dia, tapi biarin Ervin tau posisi lu Shel. Gue yakin dia juga lagi kebingungan nyariin lu," lanjut Farez.

Cashel menatap Barra yang mengangguk padanya, "Tapi gue nggak mau ketemu dia dulu."

Farez menghela nafas pelan, kemudian mengetikkan pesan pada Ervin.

OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang