Chapter 60 (Wejangan)

460 52 7
                                    

*****

Barra memakan sarapannya dengan malas, Tuan Bram yang melihatnya pun menghela nafas pelan. Semalam anak semata wayangnya ini pulang dengan mata sembab, tapi sangat terlihat jika Barra sedang sangat marah.

"Barra..."

Barra pun mendongak, "Iya Yah?"

"Barra kemarin kenapa kok balik pulang?"

Barra kembali menunduk dan mengaduk makanannya.

"Makanan jangan dibuat mainan!" Ingat Tuan Bram dengan menoel tangan Barra pelan.

"Ehmmm, maaf Yah.."

"Kenapa lagi sama Farez?" Tanya Tuan Bram lagi.

Barra menggeleng, "Nggak kenapa-napa kok. Barra cuma males aja balik ke asrama Yah. Makanya Barra pulang."

Tuam Bram menatap Barra intens, Barra yang ditatap seperti itupun akhirnya menghela nafas pelan. Dirinya tidak akan pernah bisa berbohong pada sang Ayah. Ia kembali menunduk, "Barra kesel sama Farez Yah. Kenapa keras kepala banget dan nggak bisa dibilangin."

"Emangnya kenapa lagi sama Farez nak?"

Barra akhirnya menceritakan apa yang sebelumnya terjadi padanya dan Farez. Tuan Bram sedikit terkejut, mengingat jika dirinya sudah berusaha untuk menenangkan Farez tempo hari. Ternyata nyatanya pemikiran itu masih mengusik Farez. Dirinya sendiri tidak pernah merasa jika Farez telah gagal menjaga Barra. Semakin ke sini, ia sendiri malah semakin paham jika Farez selalu melakukan yang terbaik untuk Barra.

"Makanya Barra marah, terus pulang aja. Biar dia tau kalau yang dia pikirin tuh nggak bener Yah," jelas Barra.

Tuan Bram tersenyum kecil, "Harusnya kamu jangan keburu emosi juga dong, nak. Ayah paham betul kenapa Farez bisa sampai berpikir seperti itu terus menerus."

"Ya tapi nggak gitu dong, Yah. Barra udah jelasin, tapi Fareznya ngeyel terus. Berarti nggak percaya sama Barra dong," protes Barra.

Tuan Bram menghela napas pelan, "Jangan lama-lama marahnya, kasian dia Nak. Dipikirin lagi ya. Farez nggak telfon kamu sama sekali?"

"Bodo amat ah, Barra masih kesel. Biar dia rasain, apa yang dia omongin tuh bener apa nggak. Nomornya juga Barra blokir!" Rengut Barra, cukup membuat Tuan Bram terkejut.

"Yakin kamu bodo amat? Tadi kayaknya pesen sarapan. Buat siapa?" Goda Tuan Bram lirih sambil tersenyum. Dirinya tidak sengaja mendengar Barra menelepon seseorang tadi saat dirinya lewat.

Barra yang mendengar itupun hanya terdiam dan tidak merespon, lalu memilih untuk melanjutkan makan. Sedangkan Tuan Bram tertawa kecil melihat wajah memerah Barra.

****

Farez keluar dari gedung asrama dengan langkah pelan, ia betul-betul tidak bisa menyembunyikan wajah sedihnya. Semalaman dirinya tak bisa tidur, karena tidak bisa menghubungi kekasihnya itu.

Nomornya diblokir.

Dirinya sedikit banyak merasa takut, jika Barra akan benar-benar menyerah padanya kali ini. Ia tidak ingin kehilangan Barra. Namun Farez sendiri tidak berani untuk menghampiri kekasihnya itu ke rumah.

"Mas Farez!"

Suara satpam asrama mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam mobil, hari ini ia masih harus berangkat magang. "Iya Pak?"

Satpam tersebut terlihat berjalan cepat, kemudian memberikan sebuah bungkusan pada Farez, "Ini tadi ada yang nitipin buat Mas Farez. Katanya buat sarapan."

Farez mengernyit, "Tapi saya nggak pesen makan Pak. Ini tadi bayar apa gimana?"

Satpam tersebut menggeleng, "Nggak tuh Mas. Katanya ada yang pesen terus udah dibayar buat Mas Farez, disuruh buat sarapan."

OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang