Chapter 27 (Janji)

902 53 5
                                    

*****

Farez menutup pintu ruang rawat Barra dengan sangat pelan, ia memastikan lagi dan bisa ia lihat Barra masih tertidur pulas. Saat di luar, bisa Farez lihat jika Tuan Bram sendirian.

"Loh, yang lain kemana Om?" Tanya Farez pelan.

Tuan Bram pun menoleh dan tersenyum, "Tadi Om suruh pulang dulu, soalnya mereka besok banyak yang ada kelas pagi." Tuan Bram nampak menimbang bingung, ia juga tak enak dengan Farez. Sedari kemarin kekasih anaknya itu tidak pulang sama sekali. Namun bagaimana jika Barra bangun dan tidak ada Farez nanti. Meskipun dirinya ingin sekali memeluk anaknya itu, tapi ia juga takut Barra menjadi tidak nyaman.

Farez seakan mengerti dengan pikiran Tuan Bram, dia memahami jika Ayah kekasihnya ini pasti sangat ingin bertemu dengan Barra. Farez tidak boleh egois, Tuan Bram adalah Ayah Barra.

"Om, kayaknya Farez ada ide..."

Tuan Bram pun menatap Farez penuh minat.

****

Farez tengah menyuapi Barra yang terduduk di ranjang rumah sakit, meskipun harus ekstra dalam membujuk Barra sebelumnya.

"Lagi ya..."

Barra menggeleng, karena sungguh dia mual jika harus terus memakan bubur rumah sakit ini, ia ingin yang lain, "Aku pengen muntah," rengek Barra pelan.

Farez tersenyum, tadi saat bangun Barra tiba-tiba meneriakkan namanya. Membuatnya dan Tuan Bram yang berada di luar terkejut. Mau tak mau, Farez harus menemani Barra lagi, meskipun ia bahagia, tapi ia merasa tak enak pada Tuan Bram. Farez berharap rencananya akan berhasil, dia dan Tuan Bram juga sempat berkonsultasi mengenai makanan apa yang bisa dikonsumsi oleh Barra, karena Barra bukan pasien operasi.

"Mau yang lain?" Tawar Farez.

Barra sedikit masih canggung, rasa trauma yang dia miliki membuatnya sedikit merasa asing dan takut dengan keadaan sekitarnya. Farez sangat memaklumi itu, kondisi psikis Barra memang sedang tidak baik-baik saja.

Farez tersenyum lembut, "Mau makan oatmeal sama buah?"

"Boleh?" Tanya Barra sedikit takut.

"Boleh dong, aku pesenin ya," ucap Farez pelan kemudian mengeluarkan ponselnya. Namun ia langsung memasang wajah terkejut, Barra yang melihatnya pun mengernyit. Ia menyentuh kecil permukaan lengan Farez, membuat Farez menoleh.

"Kenapa?" Tanya Barra pelan.

Farez memasang ekspresi panik, "Aku lupa ada tugas yang musti dikumpulin besok, Babe. Mana aku yang bagian presentasi."

Barra mengulum bibirnya pelan, ia menyadari jika Farez pasti punya kesibukan lain. Farez juga harus tetap masuk kuliah, saat dirinya harus berada di rumah sakit untuk masa pemulihan. Barra meremat tangannya erat, bingung harus bagaimana. Dia tidak mau jika Farez kesulitan karena dirinya, tapi dia juga takut jika Farez pergi. Dia belum bisa mempercayai orang lain.

Butuh waktu beberapa menit, sampai Barra akhirnya menarik nafas dalam, "Farez nggak papa kalau mau pulang," ucapnya lirih.

Farez sontak menoleh, terdiam sebentar kemudian menggeleng cepat, "Nggak-nggak. Kamu gimana ntar."

Barra mengarahkan pandang ke segala arah, "Aku nggak papa sendirian."

Bisa Farez lihat mata Barra yang mulai memerah, dia sungguh tidak tega. Namun dia harus melakukan ini, demi keadaan Barra juga, "Tapi kamu sama siapa, Babe. Aku yang nggak tenang."

Farez terdiam, kemudian menyadari sesuatu, "Oh iya, sama Ayah aja ya?" Tanya Farez pelan.

Tubuh Barra sedikit menegang, Farez bisa merasakan itu. "Ehmmm, Ayah?" Tanya Barra lirih.

OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang