******
Barra membereskan beberapa buku dan perlengkapan yang ia butuhkan di studio, sekitar dua sampai tiga Minggu lagi ia harus mulai mengumpulkan beberapa produk yang dibutuhkan. Barra hanya berharap tidak ada yang menjadi hambatan dan mengakibatkan target waktunya molor.
Hari ini ia juga harus berangkat lebih pagi daripada Farez, kekasihnya itu masih ada di dalam kamar mandi.
Ia baru saja ingin membuka laci meja belajarnya, namun ia menyadari sesuatu. Ia mendelik menatap jari manisnya.
"Loh! Kok permatanya nggak ada!?" Pekiknya tertahan.
Jantungnya berdetak kencang, ia melepas cincin pemberian kekasihnya itu dan mengamatinya. Barra masih sangat ingat, jika kemarin siang batu permata berwarna hitam kecil yang tersemat di sana masih ada, bahkan ia sempat membersihkannya dengan tisu. Lalu mengapa sekarang tidak ada.
Kakinya terasa lemas, ia duduk termenung di kursi meja belajarnya.
Farez keluar dari kamar mandi dan mengernyit melihat kekasihnya yang malah terdiam di meja belajarnya. Bukankah Barra bilang sedang terburu-buru.
"Sayang? Kok malah duduk di situ, katanya buru-buru," ucap Farez.
Barra menoleh cepat, Farez tidak bisa tidak terkejut melihat kekasihnya itu berlinang air mata. Sontak ia dengan cepat berjalan mendekat dan menangkup pipi Barra.
"Hey, kamu kenapa Barra? Kok nangis?" Tanyanya panik.
Barra mencebik, "Hiks, Farez maaf."
"Kamu minta maaf tuh kenapa?"
Barra menunjukkan cincin pemberian Farez, "Permatanya ilang Rez, kemarin siang masih ada, tapi ini tadi pas aku lihat udah nggak ada."
Farez menghela nafas pelan lalu mengamati cincin yang dipegang kekasihnya itu, "Astaga... Sayang nggak papa."
"Hiks tapi aku nggak bisa jaga pemberian kamu," Isak Barra membuat Farez mencelos. Ia duduk berjongkok di depan kekasihnya itu dan mengambil cincin yang sedari tadi digenggam oleh Barra.
"Sini. Udah jadi hal lumrah batu permata cincin gampang hilang tuh, kamu juga ada aktivitas tiap hari, bisa aja emang nyangkut, atau kena sesuatu yang bikin permatanya lepas. Bukan salah kamu sayang, nggak papa," lirih Farez. Ia kembali memasangkan cincin itu di jari Barra.
Barra masih terisak tertahan, Farez tersenyum kecil mengelus pipi dan menghapus air mata Barra, "Udah jangan nangis ya."
"Maaf ya Rez," lirih Barra.
Farez mengangguk kecil, "Iya nggak papa." Ia menarik tubuh Barra dalam pelukan.
"Doain biar aku bisa cepet ganti yang baru ya Bar," batin Farez.
Sedangkan Barra mengeratkan peluknya, masih menatap cincin itu di belakang punggung Farez.
Mengapa perasaannya tak enak?
*****
Kirana tengah mengecek beberapa koleksi terbaru di butiknya, di sebelahnya ada salah satu karyawan wanita yang membantunya.
"Miss, pake Kak Barra aja lagi buat promosi pakaian ini, sama temennya yang satu itu."
"Hmmm? Siapa? Yuwa?"
"Iya itu, kayaknya cocok banget sama koleksi kita yang terbaru. Media sosial kita juga mulai ramai insightnya, jadi kita bisa posting proses pemotretannya juga Miss," ucap karyawan itu bersemangat.
Kirana tersenyum lebar, "Bagus juga ide kamu, nanti kita diskusikan buat konsep dan yang lainnya ya."
Karyawan tadi mengangguk senang dan kembali membantu mengecek beberapa baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)
RomanceMenceritakan seorang pria player yang sayangnya berwajah cantik, bernama Barra dan dikenal suka berganti pasangan di setiap minggunya, tak peduli pria atau wanita. Namun suatu hari, dirinya terpaku dengan sosok pria berkacamata yang tengah duduk di...