Chapter 81 (Tertekan🔞)

890 47 2
                                    

*****

"Bunda.. Barra pamit dulu ya. Nanti Barra ke sini lagi," ucap Barra lirih. Ia mengusap matanya pelan, tidak ingin jika Sang Ibu melihatnya bersedih dan meneteskan air matanya.

Meskipun dalam hatinya..

Ia benar-benar rindu.

Farez hanya bisa menguatkan kekasihnya itu, memberikan dukungan dengan mengelus punggung Barra pelan. Menyalurkan kekuatan agar Barra-nya bisa kembali kuat untuk bangkit dan berdiri. Beberapa kali ia mengantarkan kekasihnya itu ke tempat peristirahatan Sang Ibu, maka akan berakhir dengannya yang terpaksa memapah tubuh Barra, yang seakan meluruh dan tak mampu untuk bangkit.

Sedangkan di belakang keduanya yang masih setia terduduk, ada Bram, Kirana dan Jo. Kirana terlihat mengusap air matanya beberapa kali.

Mereka semua memang sedang mengunjungi pusara bersamaan, memperingati hari kematian Karina, Bunda Barra. Mungkin terlambat beberapa hari karena mereka ingin datang bersama, sehingga mengharuskan mereka untuk menyesuaikan jadwal.

"Udah? Mau pulang?" Tanya Farez pada Barra pelan.

Memang sedari tadi mereka hanya tinggal menunggu Barra. Membiarkan Barra mengambil waktu sebanyak yang ia mau.

Barra mengangguk pelan, "Iya. Mau pulang."

Farez tersenyum kemudian merapihkan anak rambut kekasihnya itu, membantunya untuk berdiri. Barra kembali menatap pusara Sang Ibu, "Barra pulang ya Bunda."

Setelahnya Farez yang masih setia merangkul tubuh Barra pun mengajak kekasihnya untuk kembali ke arah mobil, diikuti oleh yang lain.

"Aku masih nggak nyangka, bisa nemuin lagi makam Karina. Aku juga nggak habis pikir, kenapa kamu bahkan sampai nekad mindahin tempat peristirahatan Karina, Bram?" Tanya Kirana. Jo hanya memperhatikan dari samping istrinya itu, ia sangat ingat bagaimana putus asanya Sang Istri saat mengetahui tempat peristirahatan sahabatnya dibongkar dan dipindahkan. Bahkan penjaga tidak mau memberikan petunjuk di mana tempat barunya karena tidak mendapatkan izin.

Bram menoleh, menghela nafas pelan, "Sebelumnya aku minta maaf, aku bahkan nggak terpikir buat ngasih tau yang lain, begitu juga kamu."

"Apa yang sebenarnya bikin kamu ambil keputusan itu?" Tanya Kirana. Ia kemudian kembali menatap Farez dan Barra yang masih berjalan beriringan di depan mereka.

"Kamu tau sendiri kan, aku yang saat itu nggak memahami apa yang dialami Barra, cuma bisa kebingungan saat Barra tiba-tiba minta pindah dari rumah lama. Sorot matanya penuh dengan ketakutan dan kesedihan. Aku berpikir kalau dia terlalu trauma dengan kepergian Bundanya, belum lagi saudara jauhku yang seakan terus meneror dan masih membenci Karina," lirih Bram.

Kirana mengernyit dan menggelengkan kepalanya, "Mereka masih kayak gitu?"

Bram mengangguk pelan, "Mereka masih sama kayak dulu, dengan pemikiran kolotnya. Aku yang nggak mau semuanya berimbas sama Barra, akhirnya setuju buat pindah rumah. Barra yang saat itu nggak mau jauh dari Bundanya, yang bikin aku bertekad buat mindahin tempat peristirahatan Karina juga."

Kirana ikut menghela nafas pelan, terlalu heran dengan keluarga jauh Bram yang sedari dulu membenci sahabatnya.

"Hmmm, tapi memang sepertinya takdir dan semesta yang berpihak sama kehidupan kita," jawab Jo sambil tersenyum.

Kirana dan Bram menoleh.

"Kirana yang dulu putus asa, karena merasa masih punya hutang janji dengan Karina dan belum bisa ia tepati. Tiba-tiba kehilangan radar dari keberadaan Barra, nggak bisa ia temuin di mana-mana, nyatanya sekarang Barra bisa bersama anak sulungnya," lanjut Jo sambil tersenyum. Sontak Bram dan Kirana ikut tersenyum lembut.

OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang