*****
Farez membuka pintu kamar Barra perlahan, membiarkan tiga orang paruh baya di belakangnya masuk.
"Ya ampun Barra..." Lirih Kirana sambil berjalan mendekat ke arah Barra yang masih terlelap. Ia segera duduk dan mengelus rambut calon menantunya itu pelan.
"Tadi pagi badannya sempet demam, untung aja Farez tanggap dan cepet-cepet ngasih tau aku," ucap Bram. Tadi pagi ia panik ketika tiba-tiba Farez turun sambil setengah berlari dan mengatakan jika Barra demam. Ia sangat ingat, jika sebelumnya ada suatu hal yang memancing trauma putra semata wayangnya itu, jika Barra tiba-tiba mengalami demam, maka setelahnya Barra akan kambuh dan histeris bukan main.
Bram tidak ingin itu terjadi, mau tak mau pagi-pagi sekali ia memanggil dokter agar Barra bisa cepat ditangani. Ia hanya mengingat jika dokter menyuntikkan obat pada Barra tadi dan memintanya untuk menebus beberapa obat telan.
Sedangkan Farez berdiri terdiam di belakang Bram dan Jo. Tadi pagi ia sedikit panik karena menyadari suhu tubuh Barra meninggi, padahal saat jam 2 pagi tunangannya itu terbangun masih dengan suhu tubuh normal. Ia sudah ingin langsung menghubungi dokter yang biasa merawat Barra, namun ia menyadari jika sedang berada di rumah Bram, jadi ia memilih untuk langsung memberitahu calon mertuanya itu. Tidak ingin lancang mengambil keputusan.
"Maafin Farez ya Ma, Pa..." Ucap Farez penuh sesal.
"Rez, ini bukan salah kamu," ucap Bram sambil menepuk pundak Farez pelan.
"Papa yakin ada yang ngeganggu pikiran Barra sebelumnya, misalkan nggak ada, nggak mungkin Barra bisa hilang kontrol kayak gitu," ucap Jo.
Kirana menoleh, "Barra belum cerita apa-apa Kak?" Tanyanya khawatir, tangannya masih setia mengelus kepala Barra.
Farez menggeleng pelan, "Belum Ma, tepatnya Farez belum berani tanya-tanya dulu sebelum Barra bener-bener tenang."
"Tapi... Kamu beneran nggak bohong kan Rez?" Tahya Jo menyelidik.
Farez mendelik lalu menggeleng kencang, "Farez nggak bohong Pa, Farez nggak ada apa-apa sama Kris. Farez nggak segila itu."
"Bener ya kak, Mama beneran bakal marah banget kalau kamu bohong," ancam Kirana.
"Farez nggak mungkin kayak gitu, aku percaya sama Farez," ucap Bram. "Biar temenku yang urus keadaan di sana, dia bakal cari tau sebenernya apa yang terjadi."
Kirana menghela nafas pelan, lalu kembali menatap Barra. Mereka semua sempat berbincang sebentar, sampai Jo mengajak untuk kembali karena masih memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Farez pulang nanti ya, Ma," ucap Farez.
Kirana tersenyum dan mengangguk, "Iya sayang, kamu jagain Barra dulu ya. Mama juga mau ikut Papa kok, kabarin Mama kalau ada apa-apa."
Sesaat setelah orang tua Farez pulang, Bram menepuk pundak Farez pelan, "Farez, Ayah titip Barra sebentar bisa? Ayah mau ke kantor."
Farez tersenyum dan mengangguk, "Bisa Yah, maaf Farez jadi ngerepotin di sini."
"Nggak...nggak, ngerepotin apa. Ya udah Ayah tinggal dulu ya," ucap Bram yang diangguki oleh Farez. Sepeninggal Bram, Farez memilih untuk kembali naik dan menuju ke kamar Barra.
Saat membuka pintu, ia tersenyum melihat Barra yang ternyata sudah terbangun dan melamun menatap ke arah jendela.
"Hey, udah bangun hmm?" Tanya Farez lembut.
Barra menoleh ke arahnya, Farez tersenyum melihat tatapan mata tunangannya yang masih terlihat sendu itu. Ia tidak ingin menyalahkan, jika Barra masih belum sepenuhnya percaya padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)
RomansMenceritakan seorang pria player yang sayangnya berwajah cantik, bernama Barra dan dikenal suka berganti pasangan di setiap minggunya, tak peduli pria atau wanita. Namun suatu hari, dirinya terpaku dengan sosok pria berkacamata yang tengah duduk di...