Sudah seminggu lamanya Zee menunggu jawaban Marsha. Namun nyatanya Marsha masih butuh waktu lagi untuk menjawab atau bahkan memaafkan Zee. Ini juga waktu terlama Marsha kabur dari rumah mereka dari sekian kali Marsha pernah kabur.
"Aku belum bisa kasih jawabannya. Jadi, lebih baik kamu pulang."
Itu perkataan Marsha kemarin saat dia kembali datang sepulang dari bekerja. Kini rutinitas Zee sehabis bekerja adalah datang ke rumah Anin menemui Marsha. Zee ingin jawaban, tapi Marsha selalu menghindari nya.
Ketika Zee izin untuk tinggal atau menginap, Marsha selalu mengancam akan kabur lagi entah kemana, jadi Zee mengalah dan pulang ke rumahnya.
Di rumah yang Gracio berikan sebagai hadiah pernikahan Marsha dan Zee, hanya tinggal Zee dan beberapa asisten rumah tangga. Zee kini merasa kesepian.
"Mau sampai kapan kamu gantungin aku, Marshaaaaa."
Zee kesal. Rumah jadi sepi karena Marsha pergi. Meski dia jarang sekali menanggapi setiap ocehan yang keluar dari mulut Marsha, tapi Zee selalu mendengar semua celotehnya.
Semua ucapan, tingkah dan suara Marsha masih membekas di telinga dan matanya. Semua terekam jelas dalam ingatanya seperti foto dengan sejuta warna...ya, indah sekali.
Zee memberengut. Bibirnya ia majukan beberapa senti. Makanan di depannya tidak lah enak meski di banding masakan Marsha masakan itu lebih baik, dan nyaman di perutnya, tapi, masakan Marsha lebih spesial. Entah bumbu apa yang Marsha racik, tapi selalu berhasil membuat Zee kenyang.
"Den, kenapa diam aja?."
Wanita paruh baya yang telah bekerja di keluarga Zee hampir 10 tahun itu heran pada anak majikannya yang hanya diam di meja makan selama hampir satu jam.Beliau di tugaskan disana karena Zee yang meminta. Karena cuma beliau lah yang mengerti kemauan Zee. Dan Zee pun cocok dengan kinerja wanita yang kerap disapa mba Eli ini.
"Marsha udah makan belum ya, Mba? Udang saus tiram dia suka banget. Kita suka rebutan kalau mba Eli masak udang. Sekarang udah ngga spesial lagi karena makannya ngga rebutan dulu sama dia."
Kata Zee lalu memajukan bibirnya.Lihat, bagaimana bisa anak se lucu itu jadi temperamental? Dia aja masih terlalu menggemaskan untuk dilihat.
Tapi memang jangan lihat dari depannya saja. Meski dia masih kekanakan, dia bisa berubah 180° hanya karena dia lelah dan tidak mau di ganggu.
"Aden kangen ya sama neng Marsha?."
"He'em. Mba, bisa ajak Marsha pulang ngga? Zee cape bujuk dia tapi dianya ngga mau."
Zee meraih sendok nya bersiap untuk makan.
"Meski udah Zee kasih segalanya, mobil, rumah atau apapun yang dia mau bakal Zee wujudin, tapi dia tetep ngga mau pulang."
Prang!!
"Alloh Akbar!!."
Zee menghempaskan sendoknya lagi ke atas piring dan menimbulkan suara yang nyaring di meja makan. Eli yang pada dasarnya kagetan jadi meloncat karena suara itu.
"Den, yang sabar ya? Mungkin besok neng Marsha udah mau pulang."
"Besok, besok, besok dan besok seterusnya. Tapi besok itu kapan?."
"Ya,..besok."
"Tau ah! Mba makan aja. Zee mau cari makan di luar."
Zee beranjak pergi.
"Den, mau kemana?."
"Cari makan."
Jawab Zee yang tengah mencari kunci mobilnya."Ya kemana? Nanti kalau baginda ibu besar cari saya kan jadi punya jawaban."