Gadis itu bernama Marsha Lenathea yang kini berusia 16 tahun. Anak tunggal dari ibu tunggal bernama Jinan Safa. Gadis yang pendiam, baik dan juga pintar. Gadis yang suka menyendiri dan sangat mandiri.
Kini dia duduk di bangku SMA kelas 10. Dia di golongkan murid terbaik dengan berbagai prestasi yang dia dapat. Namun, seperti kebanyakan anak pintar lainnya, dia pasti mendapat perlakuan yang tidak enak dari teman sekelasnya. Bukan hanya soal ucapan pedas saja yang dia terima, terkadang kekerasan fisik pun dia terima karena kepintaran nya itu.
Tapi, itu tidak membuat gadis bernama Marsha takut dan malas bersekolah. Dia tetap berani masuk sekolah meski tahu dia berhadapan dengan teman teman yang kurang baik padanya.
"Ma, mau Marsha bantuin?."
Kedatangan Marsha sedikit membuat Jinan kaget. Perempuan 35 tahun itu pun mengelus dadanya.
"Marsha...bikin kaget mama aja."
"Hehehe. Maaf deh."
Marsha melihat wajah mamanya yang terlihat kelelahan itu. Dia tahu mamanya pasti baru pulang bekerja dan langsung memasak untuk nya sarapan.
"Mama baru pulang?."
Tanya Marsha."Tadi sebelum subuh mama sampenya. Kenapa?."
"Oh, kelihatan dari wajah mama."
"Ah..mama lupa belum cuci muka. Pasti wajah mama kusam ya?."
"Ngga kok. Mama selalu cantik walaupun belum cuci muka."
"Bisa aja. Nanti deh mama cuci muka, abis bikinin kamu nasi goreng."
"Ma, mama kenapa ngga cari kerjaan yang lain? Marsha ngga suka mama kerja disitu."
Ini kesekian kalinya Marsha berbicara soal pekerjaan mamanya yang berangkat malam pulang pagi. Marsha merasa pekerjaan mamanya terlalu berat dan sering kali membuat mamanya jatuh sakit karena jam kerja yang tidak normal.
Manusia biasanya bekerja dari pagi sampai malam, namun berbeda dengan Jinan yang bekerja dari malam sampai pagi buta. Biasanya orang yang berkegiatan di jam yang seharusnya untuk istirahat akan cenderung sering sakit dan pola tidurnya jadi tidak baik. Seperti Jinan yang mengalami jam tidur yang amburadul. Bahkan dia pernah tidak tidur karena harus menghadiri pembagian rapot anaknya lalu di sorenya dia demam dan masuk rumah sakit.
Jinan hanya tersenyum mendengar pertanyaan anaknya yang sering kali di tanyakan ketika dia terlihat kelelahan.
"Mama ngga bisa pindah kerjaan. Disana gaji mama lumayan."
Jawab Jinan.Marsha berdecak kesal. Meski tahu gaji disana lumayan besar, tapi tetap saja dia tidak suka mamanya bekerja seberat itu.
"Setelah Marsha lulus nanti, Marsha janji akan cari kerjaan dan kalau udah dapet, Marsha minta mama berhenti bekerja disana, mama harus mau pokoknya!."
Katanya tegas."Hahahahaha. Kamu ini kok tambah lucu."
Jinan mencubit pipi anaknya."Emang kenapa kalau mama kerja disana? Kamu di bully lagi? Karena mama kerja disana, pasti temen kamu ngira mama kerja kotor ya?."
Marsha mengangguk membenarkan ucapan Jinan.
"Ngga usah kamu pikirin. Mereka ngga tahu aja jadi ngira kaya gitu. Yang penting kan mama ngga gitu."
"Ya tapi, aku khawatir sama mama. Mama sering pergi malem banget terus pulang pagi. Mana mama sering pakai gocar kalau ngga ojol. Kalau mama di jalan kenapa napa gimana? Marsha khawatir."
Jinan mengusap kepala anaknya. Dia tidak mengira anaknya sepeduli ini padanya.
"Makasih udah khawatir sama mama. Tapi, selama ini mama baik baik aja kan?. Jadi kamu ngga usah khawatir. Mama selalu jaga diri."