10 tahun kemudian.
Marsha menutup tirai cafe dengan pelan agar tidak menimbulkan suara yang bising. Setelah tirai dia tutup, dia pun berjalan santai menuju rumahnya. Cuaca malam hari itu semakin dingin setelah hujan, namun Marsha tidak memakai jaket karena lupa membawanya. Dia pun berjalan sembari memeluk dirinya sendiri.
"Kamu sudah makan malam belum? Mommy belum."
Ujar Marsha."Kamu lagi apa di sana?."
Marsha menatap langit malam. Meski baru saja hujan, langit terlihat indah dengan taburan bintang bintang.
"Padahal mommy belum sempat kasih tahu kamu benda apa yang berkilau di atas langit. Dan sekarang pasti kamu sudah tahu."
Marsha cemberut. Membayangkan masa kecilnya yang selalu bertanya hal yang baru dilihatnya. Andai putri kecilnya ada bersamanya, mungkin dia akan tahu seberapa menyusahkan nya menjadi seorang ibu saat menjawab pertanyaan aneh anaknya.
"Mommy kangen kamu. Katanya sebentar. Kamu bohong."
10 tahun bukan waktu yang singkat. Selama itu juga Zee membawa Yumi pergi jauh. Tak ada kabar, tak ada setitik harapan untuk Marsha bisa bertemu Yumi kembali.
Beberapa kali Marsha berkunjung ke rumah Zee, memastikan apakah mereka pulang atau tidak. Tetapi, selalu nihil. Satpam yang berjaga disana bilang, Zee dan Yumi tidak pernah kembali.
"Kamu jahat banget, Zee."
Sampai di rumahnya, Marsha heran saat ada tamu yang menunggunya di teras.
"Siapa ya?."
Tanya Marsha.Sosok itu berbalik. "Marsha?."
"Papi Shami?."
Shami tersenyum pada mantan menantunya.
"Kamu apa kabar?."
"Baik, Pi. Papi, ayo duduk dulu."
Keduanya duduk di teras rumah Marsha.
"Maaf ya, papi dateng malem malem begini. Pasti kamu kaget ya papi dateng?."
"Iya, sedikit."
"Jangan canggung dan takut. Kamu mau sampai kapanpun akan tetap jadi anak papi meski kamu bukan lagi jadi menantu papi."
"Terimakasih Pi, atas perhatian nya."
Shami tersenyum. Bisa bisanya anaknya melepas perempuan se baik Marsha ini. Shami heran sekaligus marah pada anaknya yang tega membiarkan Marsha hidup seorang diri.
"Marsha...ini."
Shami menyodorkan sebuah amplop.
"Sudah saatnya kamu tahu kabar dia. Dia yang juga merindukan kamu."
Marsha masih enggan meraih amplop itu. Tangannya tiba tiba gemeteran.
"Papi sengaja datang malam malam karena papi tahu kamu akan berada di rumah di jam segini. Pagi kamu mengajar, siang kamu mengajar di tempat les, sore dan malam kamu bekerja di cafe. Papi bukan penguntit kamu, papi tahu dari orang yang selama ini sudah membantu kamu jagain Yumi diam diam."
Marsha menatap Shami kaget.
"Mba Amel susternya Yumi, bukankah kamu yang meminta dia untuk mendaftar kerja di rumah Zee?."
"Marsha. Kamu ngga perlu lagi bohong. Papi sudah tahu."
Marsha hanya bisa menunduk.
"Papi tahu semuanya. Dan papi minta maaf baru tahu. Papi dan keluarga besar papi meminta maaf dengan tulus sama kamu. Maafin kami atas semua sikap kami sama kamu dulu. Kami minta maaf."
Ujar Shami yang berlinang air mata. Dia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya Marsha saat itu.