Minggu pagi Zee sudah duduk manis di kursi depan rumahnya. Di tangannya ada koran yang tengah dia baca dengan teliti. Di sebelahnya pun sudah tersaji secangkir teh yang masih mengebulkan asap pertanda teh baru saja di letakan disana oleh seorang wanita bernama Marsha semenit sebelum dirinya memilih duduk di taman depan Zee.
Pemandangan itu yang akhir akhir ini sering di lihat oleh tetangga mereka di sebuah komplek perumahan. Terasa seperti biasa saja, keduanya pun merasakan hal yang sama.
"Zee!."
"Hem?."
"Bisa bantuin dulu ngga? Repot ini."
"Apaa sih?."
Zee hanya melirik sebentar pada istrinya lalu kembali membaca. Terlalu fokus membaca headline koran membuatnya acuh pada sang istri."Besok ngga akan aku bayar uang koran lagi kalau bantuin istri aja kamu males! Cepetan ngga!."
Takut Panda gemasnya marah, Zeenga pun dengan malas melipat koran nya dan terjun ke depan dimana ada taman kecil hasil belaian tangan Marsha.
"Apa?."
Tanya Zee."Pegang ini! Aku mau pindahin ini ke pot kecil."
"Sha!! Itu...itu..."
"Itu apa? Ada apa?."
"Itu ada ca....ca..."
"Apa! Buruan ngomong!."
"Cacing!! Ih geli!! Ngga mau aku!."
Zee berdiri dan sedikit menjauh dari Marsha saat melihat dari pot besar muncul hewan yang paling Zee takuti di dunia ini yaitu cacing.
"Ya ampun, cuma cacing doang. Mana kecil lagi."
Gerutu Marsha."Bagi kamu iya kecil, bagi aku itu menakutkan! Singkirin baru aku mau bantu!."
"Lah, gunanya cacing kan buat suburin taneman! Kalau ngga ada cacing, tanaman bisa mati!."
"Kan bisa dari pupuk Matcha sayang, jangan cacing juga. Geli gitu! Ih!."
Zee bergidik ngeri saat si cacing mencoba masuk kembali ke tanah.Karena kesal Zee tidak juga mau membantu, Marsha akhirnya menyingkirkan cacing itu, namun bukannya di buang, Marsha justru mendekatkan sekop berisi cacing dan segumpal tanah itu ke depan wajah Zee. Secepat kilat Zee pun berlari ke car port di sebeleh taman sambil berteriak meminta tolong.
"Sha! Sha! Sumpah! Ngga lucu."
"Hahahaha...'
"Sha! Plis..aku takut banget."
Melihat wajah pucat Zee, Marsha pun menyerah. Dia membuang cacing dan tanah itu ke selokan.
"Udah kan? Beres? Sekarang bisa bantuin aku?."
Tanya Marsha ramah."Iya. Tapi kalau ada cacing lagi, aku ngga mau bantu kamu lagi."
"Okey, aku pastiin ngga akan ada lagi, kalau sampai ada lagi aku buang langsung. Makanya ayo bantuin!!."
Marsha mendorong Zee sampai keduanya kembali ke taman."Duduk dan pegang ini."
Zee dengan pasrah menerima pot berukuran kecil di kedua tangannya sambil menunggu Marsha memisahkan bibit sayur dari pot besar dan akan di pindah ke pot kecil.
"Kamu jago banget berkebun, aku sampai heran depan rumah udah kek sawah aja."
"Iya lah, gini gini istri kamu itu petani sayur mayur. Tetangga aja sering minta kesini."
"Kenapa ngga jadi ide jualan kamu aja?."
"Ngga ah. Di jual nanti aku yang repot kalau yang beli banyak. Ini aja buat kita makan, buat Adel dan buat tetangga aja yang mau ambil. Itu udah lebih dari cukup."