Zee menatap lapangan basket dengan pandangan kosong. Sudah dua bulan dia tinggal serumah dengan Marsha. Tapi masih saja dia belum bisa menerima fakta bahwa sekarang Marsha telah menjadi adik tirinya.
Pernikahan kedua mamanya dan papanya Marsha sudah dilaksanakan dua bulan lalu dengan sederhana. Kini resmi sudah dia menjadi kaka untuk seorang Marsha.
"Bro...kenapa lagi ? Galau ?."
Jesson duduk di tribun yang sama dengan Zee. Team basket memang ada latihan rutin sehingga mereka berkumpul di lapangan sekolah setelah bel pulang berbunyi."Tau deh."
Zee beranjak menuju bola basket yang sudah di keluarkan dari gudang. Zee lekas bermain tanpa pemanasan dulu.
"Lagi ?."
Floran duduk di sebelah Jesson. Kini keduanya melihat Zee tengah bermain basket dengan penuh emosi."Belakangan ini dia suka galau. Gue ngga tahu harus gimana."
Ungkap Jesson."Masalah hati, mana bisa kita perbaiki."
"Kalau aja mamanya Zee dan papanya Marsha ngga nikah, mungkin Zee ngga kek gitu. Galau tiap hari."
"Heem. Tapi bukanya Zee berkorban hati ya ? Demi mamanya bisa nikah ?."
Ujar Floran."Ngga tahu gue. Zee ngga pernah cerita apa apa. Tapi bisa jadi sih. Secara Zee sayang banget sama mamanya. Masa iya dia rebut kebahagiaan mamanya demi dirinya."
"Tapi sekarang dia yang kesiksa."
Dari tribun saja mereka bisa lihat Zee main dengan penuh emosi. Tidak peduli bahwa kakinya kini mulai kram. Bahunya kaku dan nafasnya mulai terengah-engah. Ini akibat dari dia yang tidak melakukan pemanasan.
"Tuh!."
Jesson dan Floran berlari ke lapangan.
"Zee!! Lo gapapa ?."
Panik Floran yang melihat Zee jatuh."Gue gapapa."
Zee kembali berdiri dan meraih bola basket kembali.
"Zee! Cukup!!. Mau sampai kapan lo siksa diri lo sendiri ?."
Teriak Jesson."Jangan peduliiin gue!!."
Jesson dan Floran pasrah membiarkan Zee bermain meski lututnya berdarah karena jatuh.
Sepulang berlatih basket, Zee pulang ke rumah. Kini dia pulang ke rumahnya Marsha. Rumah Marsha kini hangat semenjak dia dan Cindy tinggal disini.
"Ka Zee!!."
Sambut Marsha."Kaka dari mana ? Emmm, latihan basket ya ?."
Tebak Marsha.Zee hanya mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Marsha. Dia memilih pergi ke dapur untuk mengambil minum.
"Ka..udah pulang ?."
Tanya Cindy yang sibuk masak."Maaa."
Sifat Zee yang manja pun keluar. Zee memeluk Cindy begitu erat.
"Kenapa ? Cape ya ?."
"Heem."
"Mandi dulu sana, nanti mama panggil buat makan malam."
"Wahh..mama masak apa ?."
Marsha tiba di dapur. Zee pun melepaskan pelukannya."Mama mau masak ayam rica rica. Marsha suka ngga ?."
"Suka ma, Marsha suka semua masakan mama kok. Mau Marsha bantuin ngga ?."
Tawar Marsha."Ngga usah. Bentar lagi selesai kok."
"Ma...aku mandi dulu ya ?."
Pamit Zee."Iya."
Marsha menatap kepergian Zee dengan sedih. Sebelum papanya menikah dengan mama nya Zee, Zee selalu baik padanya. Selalu membantunya, selalu ada untuk nya, selalu menunggu di parkiran agar bisa pergi ke kelas bersama. Namun, setelah mereka resmi kaka adik, Zee sudah tidak pernah lagi muncul di depan matanya secara tiba tiba.