Zee memasuki rumah minimalis nya dengan wajah yang super lelah. Seharian dia bekerja hingga larut malam hanya demi menghidupi keluarga kecilnya yang selalu menantinya kembali ke rumah.
Pria berumur 28 tahun itu menaruh asal tasnya di atas meja lalu duduk di sofa dengan lesu.
"Baru pulang?."
Tanya Ashel. Dia menuruni tangga dengan perlahan karena tengah mengandung calon anaknya yang kini berusia 2 bulan."Iya. Lembur sebentar."
Ashel duduk di sebelah Zee. Dia memijat lengan suaminya perlahan.
"Cape banget ya?."
"Dikit. Karena baru pertama kali kerja jadi masih agak kerepotan."
Jawab Zee jujur."Nanti lama lama juga kebiasaan. Kamu yang sabar ya?."
"Iya. Makasih ya?."
"He'em. Mau aku siapin makan malam?."
"Nanti deh. Aku mau mandi dulu."
"Aku udah siapin air panas sama baju ganti, gih sana ke kamar dulu mandi."
"Oke."
Zee beranjak menuju kamar untuk mandi sejenak sedangkan Ashel pergi ke dapur untuk mempersiapkan makan malam bersama.
Ini sudah bulan ke 2 mereka hidup bersama dalam satu atap. Keduanya dekat sejak sama sama bekerja di sebuah perusahaan milik keluarga Ashel.
Zee awalnya bekerja sebagai karyawan biasa dengan gaji pas pasan. Setelah menikahi Ashel, dia naik jabatan menjadi manager pusat. Meski kinerjanya baik, dan patut naik jabatan karena sudah bekerja selama 5 tahun disana, tapi masih ada orang yang iri dan menggunjing nya karena seperti tanaman yang memakan pagar, alias definisi kaya tanpa susah.
Meski banyak orang yang jadi membencinya, Zee tetap baik pada semua bawahannya. Dia masih tetap tunduk dengan atasan, dan juga tidak pernah membedakan derajat manusia di kantor itu. Baginya manusia tetap sama derajatnya di mata Tuhan. Dan semua apa yang dia dapatkan semata mata karena usahanya bukan karena memanfaatkan statusnya sebagai menantu dari seorang pengusaha terkenal.
Selepas mandi, Zee duduk di ranjang. Melihat jendela luar yang menampilkan bulan sabit yang indah.
"Ka Zee! Lihat, ada bulan sabit!."
"Wah iya! Cantik banget ya?."
"Cantikan mana sama aku?."
"Jelas kamulah. Marsha lebih cantik dari pada bulan di atas."
"Gombal!."
"Serius. Kamu lebih cantik dari pada bulan, karena bulan cantik cuma dari jauh, kamu cantik bahkan dari jauh dan dekat. You look so pretty, Marsha."
Zee tersenyum saat bayangan gadisnya yang terlihat salting saat dia memuji seberapa cantik gadis itu.
"Marsha, bulannya cantik banget. Apa kamu lagi liat juga?."
Gumam Zee.Ceklek.
Zee menoleh ke arah pintu saat seseorang masuk ke dalam kamarnya.
"Udah mandinya?."
"Baru aja."
"Aku tiba tiba pengen sesuatu deh."
"Apa?."
"Bakso. Tapi yang di jual di pasar."
Zee bingung memikirkan permintaan Ashel malam malam begini. Bukan soal baksonya, bakso mah di seluruh negeri pasti banyak yang jual, ini masalahnya di pasar. Emang ada pasar buka jam segini?.