Keluarga Cemara

1.2K 180 11
                                    

Marsha terkejut dan menutup mulutnya. Air matanya menetes deras seakan hujan turun lewat kedua pipinya. Tubuhnya mendadak lemas dan dia terduduk di atas closed. Tangan kanannya menutup mulutnya sedangkan tangan kirinya memegang sebuah alat tes kehamilan.

Ya, Marsha dinyatakan hamil lagi dan ini akan menjadi anak ketiganya dengan Azizi. Entah bagaimana nanti dia akan memberitahu Azizi mengenai kehamilannya ini. Kehamilan yang tidak mereka rencanakan dan tentu akan menambah beban mereka kedepannya.

Anak memang rejeki dari maha kuasa. Setiap anak memiliki jalan rejekinya masing-masing. Marsha percaya itu. Tapi dia takut akan respon Zee nanti.

Melihat keluarga mereka yang masih dalam rundung kepiluan. Zee yang baru bisa bekerja meski hanya sebagai tukang parkir, Marsha takut ini akan menambah beban Zee.

Marsha lekas membuang hasil tes kehamilan nya dan mencuci wajahnya. Dia harus terlihat biasa saja di hadapan anak anaknya.

Setelah dirinya merasa lebih baik, Marsha keluar dari kamar mandi dan pergi menuju ruang tamu dimana anak anaknya masih asik sarapan.

"Sha...kamu kenapa? Kok lama banget di kamar mandi?."
Zee muncul dari kamar dengan setelan kerjanya. Hanya memakai celana panjang, kaos dan juga jaket. Tak lupa topi yang bisa menghindari panasnya matahari.

"Ah. Agak mules. Tapi udah enakan kok."
Bohong Marsha. Dia belum bisa jujur sekarang.

"Mau ke dokter aja? Siapa tahu kamu kenapa."

"Gapapa, Zee. Aku cuma mules. Kebanyakan makan sambel."

"Tuh kan. Kamu sih bandel. Kan rujaknya pedes kamu masih mau abisin aja. Lagian kamu tumben suka pedes, biasanya cemen."

Marsha sempat terkekeh dan mengikuti Zee duduk di alas tikar.

"Enak soalnya. Udah lama ngga makan rujak."

"Hari ini libur makan pedes ya? Sampai mules nya ilang baru boleh makan lagi, tapi dikit aja. Oke?."

"Siap komandan."
Marsha menunjukan hormat kepada Zee.

"Papa kerja? Di mana? Aku boleh ikut?."
Angel lekas gelendotan pada Zee.

"Iya papa mau kerja, tapi kamu ngga boleh ikut soalnya jauh."

"Yahh. Kalau kapan kapan, boleh?."

"Iya boleh."

"Yey!!. Papa! Tempat kerja papa bagus ngga? Duduknya di deket jendela ngga?."

Dulu, Zee pernah membawa Angel ke tempat kerjanya yang berada di sebuah gedung bertingkat. Ruangannya luas dan ada jendela besar yang mengarah ke depan. Pada saat itu Angel sudah bahagia sekali bisa berkunjung ke kantor Zee pada saat Zee lembur kerja di hari sabtu.

"Ruangan papa sekarang lebih luas banget. Kadang panas, kadang sejuk, kadang juga berangin. Dari tempat duduk papa, papa bisa liat jalanan, bisa liat mall di depannya, bisa liat rumah rumah. Pokoknya lebih bagus deh."

Marsha tahu Zee tengah mendeskripsikan tempat kerjanya yang baru yang jelas jelas jauh di bawah tempat kerja Zee dahulu.

Tapi kedua mata Angel terlihat berbinar membayangkan seluas apa ruangan kerja papanya yang baru.

"Wih, papa keren banget."
Puji Bumi.

"Angel mau kesana, ma...boleh ya?."
Bujuk Angel memohon pada Marsha.

"Loh, tanya papa aja. Mama cuma ikut."
Kata Marsha.

"Papa...boleh ya?."

"Aku juga mau ikut! Mau lihat gedung gedung tinggi lagi dari ruangan kerja papa."

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang