"Kamu duduk dulu ya? Biar aku ambilin kamu minum."
Ujar Zee pada Marsha. Dia juga membantu Marsha duduk di sofa."Jangan lama lama. Aku takut."
Ucap Marsha dengan suara lirih."Aku ngga lama kok. Sebentar ya?."
Marsha mengangguk.
Zee pergi ke dapur rumahnya untuk mengambil air putih dan meninggalkan Marsha sendiri disana.
Setelah di bujuk dengan berbagai cara akhirnya Marsha mau meninggalkan makam keluarganya meski dengan syarat besok kembali kesana. Untuk sementara juga Marsha akan tinggal di rumah Zee yang letak rumahnya hanya berselisih dua rumah dari rumah Marsha.
Marsha enggan tinggal di rumahnya sendiri saat sanak saudara nya kembali ke rumah masing-masing setelah menemani masa sulitnya di tinggal kedua orang tua nya dan juga kakanya. Kebetulan Zee menyarankan untuk sementara Marsha tinggal di rumahnya juga, maka Marsha setuju untuk tinggal disana.
Sebenarnya kaka dari mamanya Marsha ingin merawat Marsha, namun Marsha menolak karena jika Marsha mau, dia harus pindah ke Bandung. Dan kaka dari papanya Marsha pun juga tinggal di luar kota, maka tak ada harapan untuk Marsha bisa ikut dengannya. Jadi tak ada pilihan lain selain tinggal dengan keluarga Zee. Lagipula keluarga Zee sangat dekat dengan keluarga Marsha. Mereka juga tidak keberatan Marsha tinggal disana sampai adik dari mamanya Marsha yang saat ini masih di luar negeri kembali ke Indonesia. Konon, adik dari mamanya Marsha mau merawat Marsha dan bersedia tinggal di rumah Marsha.
Zee yang pergi ke dapur bertemu mamanya yang sibuk memasak disana.
"Zee, kamu baru pulang? Marsha ikut kesini kan?."
Tanya Cindy. Dia sampai menghentikan kegiatan nya hanya untuk bertanya pada Zee."Iya, Ma. Setelah di bujuk ini itu, dia mau pulang juga."
Jawab Zee dengan wajah lelahnya. Bagaimana tidak lelah, dia seharian menemani Marsha. Dari pagi hingga sore hari ini tanpa lelah selalu berada di samping Marsha."Syukurlah. Mama seneng. Bentar lagi juga ujan, beruntung kalian udah di rumah. Oh ya, sementara kamu tidur di kamar tamu ya? Biar Marsha tidur di kamar kamu."
"Iya. Barang barang Marsha yang dari rumah sakit udah mama bawa kan?."
"Udah. Udah mama rapiin di kamar kamu juga."
"Oke. Kalau gitu Zee mau antar air putih buat Marsha."
"Iya. Nanti mama ke sana kalau udah selesai masak."
Zee hanya mengangguk lalu kembali ke ruang tamu dimana Marsha duduk disana.
Marsha baru saja di perbolehkan pulang dari rumah sakit tadi pagi setelah di rawat beberapa hari akibat kecelakaan. Setelah di perbolehkan pulang, dia langsung meminta untuk diantarkan ke makam keluarganya karena saat keluarga nya dimakamkan dia belum sadarkan diri akibat luka di kedua matanya dan kakinya.
Zee tiba di ruang tamu dan melihat Marsha duduk melamun disana. Melihat Marsha yang sekarang membuat Zee ingin terus ada di sampingnya. Pasti menjadi Marsha sangat berat dalam menerima cobaan ini. Tuhan tidak hanya telah mengambil harta paling berharga dalam hidup nya, tapi Tuhan juga telah mengambil salah satu panca indra yang paling di butuhkan olehnya.
Zee menghela nafas sebelum menepuk pundak Marsha dan meraih tangan kanan Marsha.
"Di minum dulu."
Ujar Zee lembut. Semenjak buta, Marsha sangat bergantung padanya. Zee tentu tidak keberatan, karena janjinya pada mendiang kedua orang tua Marsha adalah akan selalu ada dan menjaga Marsha dalam keadaan apapun.Marsha menerima gelas itu dan meminum nya.
"Udah?."
"Iya."