Hari hari berjalan begitu cepat. Tak terasa sudah lama Zee masuk ke dalam kehidupan anak anak dari Anin dan Jinan. Sudah seperti kebiasaan juga bahwa sabtu dan minggu Zee pasti akan datang berkunjung ke rumah Jinan. Jadwal yang bukan Zee sendiri yang atur itu membuatnya mau tak mau harus repot repot meluangkan waktu pergi ke rumah yang mungkin sekarang dengan mata tertutup pun Zee akan tiba di depan pintu rumah Jinan.
Kali ini bahkan Jinan ikut campur dalam usaha kakek Harlan menjodohkan sang cucu dengan salah satu putrinya. Bukan masalah besar bagi Jinan, karena semenjak Zee masuk ke dalam dunianya, Jinan merasa anak anaknya memiliki pengawal. Zee mendapatkan nilai tinggi dalam kriteria calon menantunya.
Buktinya adalah, Jinan dengan mudahnya memerintahkan Zee menjemput putri nya dari les sore itu karena Jinan tidak sempat mampir. Kini tinggal tunggu Zee lebih cocok dengan siapa, maka acara pertunangan itu akan segera di laksanakan.
"Waduh!."
Adel mundur beberapa langkah saat melihat sebuah mobil parkir di depan gedung lesnya.Dia masih sangat hapal mobil siapa itu. Keringatnya tiba tiba bercucuran dan dia jadi gugup sendiri.
"Del? Kenapa?."
Pertanyaan Marsha mengejutkan Adel dan membuatnya kembali mundur.
"Eh, Marsha. Udah keluar aja kamu."
Adel kembali bersikap biasa lagi. Toh dia sudah aman di balik tembok."Kenapa sih? Aneh banget. Kayak liat hantu aja."
"Ah..tadi. Itu cuma.."
"Cuma apa?."
Adel dan Marsha kompak menoleh pada suara lainnya. Ternyata itu Zee yang datang menghampiri mereka.
"Eh...hay, Om. Apa kabar?."
Sapa Adel pura pura ramah."Am om am om! Emang gue Om lo!."
"Hehehe...kalem Om."
"Sha, kamu temenan sama tuyul ini? Kamu ngga salah pilih temen?."
Zee menunjuk Adel dengan jemarinya sambari memasang raut sinisnya.Rasa kesal Zee saat di kerjain Adel masih membekas di hati sanubari Zee. Bahkan meski sudah beberapa minggu pun Zee masih ingat wajah tanpa bersalah Adel saat menunjukkan jalan padanya malam itu.
"Bukan urusan anda."
Jawab Marsha tak kalah sinisnya. Dari tiga anak Jinan, Marsha lah yang masih belum menerima kehadiran Zee."Sha, anak ini rese banget. Sumpah, ngeselin anaknya. Ngga usah temenan sama dia lagi deh."
"Situ siapa? Kok ngatur."
Mendengar ucapan Marsha yang kelewat sinis, Adel pun jadi berani melawan Zee.
"Eh Om, mending Om pulang aja deh. Jangan ganggu aku sama Marsha."
Kata Adel sambil menarik tangan Marsha."Eh! Elu yang siapa. Gue kesini atas perintah papanya Marsha buat jemput. Elu yang ngga berkepentingan mending pulang sana."
Zee ikut menarik tangan Marsha satunya."Marsha itu temen saya, Om cuma orang asing. Mending Om yang pulang aja."
Kekeh Adel."Enak aja. Lu yang pulang sana. Tanpa Marsha, gue belum boleh pulang, tau ngga?."
Keduanya saling tarik menarik tangan Marsha. Marsha sampai jengah di buatnya.
"Mending gini deh, kalian suit. Yang menang berarti dia menang."
Kata Marsha setelah lelah di tarik tarik keduanya.20 menit kemudian.
"Udah sampai."
Ujar Zee sambil mematikan mesin mobilnya.Pada akhirnya Zee keluar sebagai pemenang dan Adel harus rela Marsha pulang di antar Zee.