Sudden Shower

1.3K 230 27
                                    

Beberapa hari setelah pulang dari rumah Marsha, Michi jadi banyak diam. Dia jadi banyak berfikir dan takut apa yang sudah dia putuskan justru pilihan yang salah. Setelah mendengar sendiri alasan Marsha dan Zee berniat menyatukan cintanya, Michi takut dia merusak rencana baik itu.

Semua yang Marsha ceritakan padanya adalah tentang kisah cinta tak sampai Marsha dan Zee. Meski memang sudah lama berlalu, baik Marsha atau Zee berusaha mempersatukan kembali dengan harapan kedua anak mereka kembali menjadi anak yang memiliki keluarga yang utuh.

Baik Michi atau Gracie sama sama masih kecil dan di fase menuju dewasa ini mereka membutuhkan peran penting orang tua yang dapat mengarahkan mereka ke jalan yang benar. Untuk itu Zee berharap mendapat bantuan dari Marsha dan Marsha juga mendapatkannya dari Zee. Hanya se simpel itu harapan mereka jika hidup bersama nanti.

Tapi Michi masih ragu. Karena sosok ibunya tidak bisa diganti dengan Marsha. Dia tidak bisa mempersilahkan Marsha masuk begitu saja.

Dalam hening malam ini, Michi termenung di kamarnya. Sudah beberapa kali dia memutar memori saat berbicara dengan Marsha di rumahnya malam itu.

"Michi, tante engga berharap kamu percaya semuanya. Tapi tante harap kamu engga benci sama Papi kamu lagi. Papi kamu hanya berusaha membuat kamu kembali bahagia. Dia sayang banget sama kamu."

"Kalau memang kebahagiaan kamu bukan bersama tante, tante juga engga bakal memaksa. Jadi, sekarang jawab tante gimana mau kamu? Tante bakal kabulin asal kamu jangan marah lagi sama Papi kamu."

Michi terdiam memikirkan apa balasannya.

"Tante engga marah kalau misal..."

"Kalau yang aku mau itu kalian pisah, apa bisa?."
Potong Michi.

Marsha diam cukup lama sampai akhirnya dia tersenyum dan mengangguk. Tangannya mengusap kepala Michi.

"Kita bisa kok. Apapun itu kalau memang mau kalian kita bakal nurut. Makasih ya? Udah mau jujur sama tante. Sekarang tante lega liat kamu bisa bahagia sama Papi kamu. Setelah ini janji sama tante jangan marah lagi sama Papi kamu, Ya? Janji?."

Michi hanya mengangguk.

Melihat itu Michi entah kenapa sedih tapi juga lega. Apa tindakan nya benar? Atau justru salah?.

Tiba tiba air matanya menetes. Rasa bersalahnya timbul ke permukaan setelah memastikan sendiri bahwa semuanya jadi rumit.

Tok

Tok

"Michi?."

"Papi?. Kenapa?."

Zee membuka pintu kamar anaknya. Dengan buru buru Michi menghapus air matanya takut Zee melihat dia menangis.

"Papi cuma...mau tidur disini boleh?."
Ujar Zee yang datang membawa bantal.

"Boleh."

Zee berjalan ke arah ranjang dan berbaring di sebelah Michi lalu lekas memeluk anaknya.

"Maafin Papi ya? Maaf."
Ujarnya dengan suara lembut.

"Kenapa Papi minta maaf?."

"Karena Papi pulang lembur lagi."

"Biasa kan gitu ?."

Michi memundurkan kepalanya agar bisa menatap wajah Zee.

"Makanya Papi minta maaf."

"Gapapa. Oh ya Papi?."

"Hem? Kenapa?."

"Soal tante Marsha, Papi engga mau tanya tanya sama aku? Soal makan malam waktu itu."

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang