Tiga hari setelah Anin dan anak anaknya di undang makan malam oleh keluarga Zee, kini gantian Anin lah yang mengundang Zee makan malam di rumahnya. Awalnya Zee ingin menolak, tapi jurus ampuh milik kakek nya selalu berhasil meluluhkan pertahanan Zee. Zee pun bersedia datang dengan perasaan kesalnya.
"Jangan cemberut gitu dong, kan mau ketemu cewe cewe cantik."
Goda kakek Zee yang duduk di sofa."Ini semua demi kakek, kalau sampai Zee denger kakek ngga mau makan dan minum obat lagi, Zee terpaksa pindah ke Bali ikut mama sama papa."
Harlan hanya mengangguk.
"Ya udah, Zee pamit dulu."
Zee menyalami tangan Harlan kakeknya.
"Inget, cari salah satu dari anak Anin."
"Kakek setuju Zee sama siapa? Terserah kakek deh mau yang mana."
Ucap Zee pasrah."Emmm...semua cantik. Kelihatan baik juga. Mana aja kamu ngga akan zonk. Tapi, kakek mau yang seumuran kamu aja. Kakak pertama nya kelihatan lebih dewasa sih, tapi kurang pas sama kamu. Yang kedua, oke lah. Dan yang terakhir..."
"Kakek mau Zee sama bocah?."
Harlan diam sebentar sebelum menjawab.
"Kenapa ngga?."
Katanya santai."Ck! Ya udah, Zee pergi dulu."
Zee meninggalkan rumahnya tepat di jam 5 sore. Memang masih terlalu sore untuk datang di undangan makan malam. Tapi dia harus membeli bunga terlebih dahulu sebagai buah tangan datang ke rumah Anin. Masa iya bertamu untuk pertama kalinya tidak membawa apa apa.
...
Di teras Marsha sibuk menunggu seseorang yang katanya akan datang sebentar untuk mengembalikan buku yang pernah ia pinjam pada Marsha.
"Sorry Sha, lama ya?."
Kata laki laki yang baru saja tiba dengan sepedanya."Ah..ngga kok, Del. Santai aja."
Marsha berdiri menghampiri Adel atau adik dari pacar kakanya, Ashel. Aldo dan Adel kakak beradik. Aldo merupakan pacar Ashel sedangkan Adel teman dekat Marsha. Dunia memang se sempit itu.
"Nieh, makasih ya?."
"Iya sama sama."
"Kok rumah rame banget, ada apa?."
Tanya Adel setelah melihat banyak orang di dalam rumah Marsha.Dari posisi mereka berdiri memang terlihat banyak orang mondar mandir. Ada yang sibuk merapikan sofa, meja makan, menyapu, mengepel dan masih banyak lagi. Rumah yang biasanya sepi, kini seperi pasar.
Adel tentu tahu kondisi rumah temannya yang biasa sepi itu. Karena hampir setiap hari pasti mampir untuk sekedar meminjam buku, mengembalikan atau terkadang hanya lewat saja. Kebetulan rumah Adel masih di satu komplek yang sama dengan Marsha, hanya beda blok saja.
"Oh...cuma ada acara makan malam aja kok."
Jawab Marsha."Kok kayanya bakalan ada tamu spesial?."
"Kelihatan begitu ya?."
"Iya. Apa ka Chika mau kenalin cowonya?."
"Emmm, bisa jadi."
"Eh, Adel."
Ashel tiba tiba keluar dari dalam. Wajah paniknya sangat ketara melihat adik dari pacarnya datang.
"Eh, ka Ashel. Sore ka.."
Adel merasa ada aura yang berbeda dari kaka temannya ini. Seperti gugup dan khawatir akan sesuatu.
"Kamu tumben sore sore ke rumah? Ada perlu sama Marsha?."
Basa basi Ashel. Padahal mah hampir setiap hari melihat kedatangan Adel ke rumah.