Mudik

1.8K 173 16
                                    

Di suatu rumah terdapat keluarga bahagia dan harmonis. Mereka lima manusia yang senantiasa selalu bersyukur dengan apa yang mereka miliki saat ini. Meski mereka hidup dalam dua keyakinan yang berbeda, tapi mereka selalu rukun dan selalu menghormati satu sama lain. Itulah mengapa mereka bisa bertahan hingga hampir 17 tahun ini dengan saling menghormati.

Zee sang kepala rumah tangga mengakut agama Islam sejak lahir. Namun sang istri Marsha, sejak kecil terlahir dari keluarga Kristiani. Ke tiga anak mereka yakni Aldo dan kembaran nya Ashel mengikuti kepercayaan sang ayah, sedangkan si bungsu Gracie mengikuti kepercayaan sang ibu.

Jika hari raya Islam, maka mereka akan merayakan lebaran bersama di rumah keluarga Zee. Dan jika hari raya natal, mereka juga akan menghias pohon natal dan merayakan natal di rumah kedua orang tua Marsha. Begitu harmonis nya mereka sampai di juluki keluarga cemara oleh kebanyakan orang.

Momen lebaran tahun ini pun sangat dinantikan keluarga itu. Mereka berencana mudik dan tengah mempersiapkan semua kebutuhan mereka selama di kampung halaman.

"Aldo mau kemas baju sendiri aja."
Ujar anak sulung Zee dan Marsha yang kini berusia 16 tahun.

"Loh, nanti ada yang ketinggalan gimana? Mama bantu ya?."
Ucap Marsha yang selalu membantu anaknya berkemas. Namun semenjak usia ke 9 tahun, anak laki laki satu satunya itu selalu ingin melakukannya sendiri. Meski kini telah beranjak remaja, Marsha masih saja menganggap dia anak kecil karena Marsha selalu memanjakan ketiga anaknya.

"Ngga, Ma. Aldo sendiri aja. Mending mama bantuin Ashel tuh, dia pasti ribet sendiri."

"Enak aja! Aku udah bisa kemas baju ya!."
Ashel yang kebetulan lewat di depan kamar sang kembaran pun tak terima di bilang ribet oleh kembaran nya.

"Udah ih! Ribut mulu."
Zee pun menimpali. Jika tidak anak kembar itu pasti akan adu mulut.

"Ya udah kalau ngga mau di bantu, tapi awas aja ya kalau ada yang ketinggalan."

"Ngga akan. Udah sana mama keluar."
Usir Aldo.

"Dih! Udah di bantuin malah songong!."
Kata Ashel.

"Ya napa sih? Sirik aja."
Ucap Aldo tak kalah ngegas.

Marsha terpaksa menutup pintu kamar Aldo karena pertengkaran itu tak akan pernah habis jika pintu itu terus di buka.

"Udah semua?."
Tanya Zee ketika Marsha ikut duduk di sofa.

"Udah. Nunggu Aldo beresin baju aja."

"Mama! Besok kita pergi ke rumah eyang?."
Tanya si bungsu yang paling antusias akan pergi ke luar daerah.

"Iya. Kamu seneng ngga?."

"Seneng banget. Aku udah lama ngga ke rumah eyang."

"Emang kamu udah kemas baju?."
Tanya Zee.

"Udah! Iya kan mama?."

"Iya."

"Kamu bawa berapa baju, Dek?."

"Banyak. Satu koper."

"Ya ampun, kamu mau di buang ke rumah eyang itu, dek."
Ucap Ashel iseng.

"Hah! Bener itu Ma, Pa?."

"Bener. Soalnya karena ada kamu jadi ganjil."
Kata Zee ikut menjahili si bungsu.

"Huaaaaa! Mama!! Aku ngga mau tinggal di rumah eyang!! Disana jauh!! Aku ngga mau!!."

Tangis si bungsu pecah sedangkan Zee dan Ashel justru tertawa puas. Si bungsu memang berjarak terlalu jauh dengan si kembar, itulah kenapa dia selalu menjadi bahan bully keluarganya karena dia masih terlalu kecil.

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang