Dalam suasana yang hangat itu semua orang terdekat Zee tampak berkumpul di dalam ruangan VVIP sebuah rumah sakit di Jakarta. Dua keluarga yang sudah lama sekali tidak berkumpul dan berkat Zee semua bisa berada di dalam satu ruang yang cukup nyaman.
Zee akhirnya berhasil melewati masa kritis nya kemarin, dan hari ini dia sudah di pindahkan ke ruang rawat inap sehingga banyak orang yang datang untuk menjenguknya, seperti keluarga Marsha.
Topik pembicaraan mereka tak lepas dari insiden memalukan yang Marsha alami kemarin. Dimana dia membelah puluhan orang yang berdiri di ICU hanya karena takut terjadi hal buruk pada Zee. Padahal mereka bukan lah keluarga Zee, melainkan orang asing yang baru saja kehilangan anggota keluarga mereka.
Tepat beberapa menit sebelum itu Zee sadar dan di pindahkan ke ruangan lain karena ruangan itu di siapakan untuk pasien lain. Itu tentu tanpa sepengetahuan Marsha karena gadis itu mengira Zee masih berada di dalam ruangan ICU.
Meski sudah di pindahkan, keadaan Zee masih belum bisa di katakan baik. Dirinya hanya baru berhasil melewati masa kritis dan masih butuh perawatan intensif.
Semua berharap masih ada keajaiban untuk kesembuhan Zee. Mereka masih berharap Tuhan memberikan satu kesempatan Zee untuk sembuh meski dokter berkata umur Zee tak akan bisa melewati usia ke 19 tahunnya.
Dalam suasana yang sebenarnya hangat itu, masih terselip kekhawatiran pada diri Shani selaku ibu Zee, tapi beliau berusaha tetap tegar. Di sampingnya Cindy terus memberikan dukungan agar Shani tidak terlalu terpuruk.
"Cici udah makan?."
Tanya Cindy."Aku udah. Tapi cuma masuk dikit."
Jawab Shani dengan wajah sembabnya."Masuk dikit dikit gapapa, Ci. Daripada perut cici kosong. Tadi aku bawa roti bakar kesukaan cici, jangan lupa di makan. Dan itu harus cici makan. Kalau nanti Zee sembuh terus cici sakit, Zee juga bakal sedih."
"Kamu mah, ngga bisa yang dateng dengan tangan kosong?. Aku jadi ngga enak ini. Tiap hari di bawain makanan."
"Mana bisa Cici. Kalau ngga gitu, Cici sama ko Cio ngga bakal mau makan. Jangankan beli atau ke kantin, bawa bekal juga kayaknya ngga bakal di makan. Aku bawain supaya ada yang masuk perut, jadi ngga kosong."
Shani tersenyum mendengar perkataan Cindy.
"Lagian, ngga tiap hari juga kok, kan baru dua hari."
Shani pun tertawa kecil. Cindy sedikit lega mendengar nya.
"Aku harap kali ini ngga selama dulu, nanti bisa bisa kamu cape harus bolak balik."
Shani ingat, setiap Zee sakit pasti cuma Cindy yang datang membawa makanan rumahan yang masih hangat untuk Shani dan suaminya makan. Selalu membawa cemilan agar Shani bisa makan meski tidak napsu makan. Hanya Cindy yang seperti itu. Selain itu mereka cuma datang membawa buah saja.
"Aku seneng bisa di repotin Cici kok. Karena cuma Cici juga yang bantu aku lepasin trauma Marsha. Dia bisa sekolah lagi juga berkat keluarga Cici. Jadi, Cici ngga usah ngga enak sama kita. Kita udah jadi keluarga sekarang."
"Mau peluk?."
"Mau dong."
Mereka pun berpelukan beberapa detik.
"Makasih ya? Selalu sempetin waktu juga kesini, aku jadi ada temen."
"Sama sama. Marsha juga tanyain terus kapan kita bisa ajak dia kesini."
Cindy melirik sang anak yang duduk bersama Jinan di sofa. Mereka asik bercanda dengan Gracio.
"Anak kamu manis banget. Baik dan juga begitu sayang sama Zee."
![](https://img.wattpad.com/cover/323822255-288-k865010.jpg)