"Puas hampir aja buat tante Marsha kecelakaan tadi? Main pergi aja setelah di panggil panggil itu sopan??."
Zee terus memarahi putrinya ketika mereka tiba di rumah. Marsha yang masih syok karena hampir saja menjadi korban kecelakaan mobil terpaksa mengikuti Zee pulang ke rumah setelah membereskan urusan dengan pemilik mobil yang menuntut ganti rugi akibat Marsha menyeberang jalan dan mengakibatkan mobilnya rinsek di bagian depan.
"Papi engga pernah ya ajarin kamu buat bersikap gitu. Malu Papi punya anak yang engga menghargai orang lain."
Michi pun hanya bisa menunduk karena takut sekali menatap wajah Papinya dalam mode serius itu. Dia sedikit menyesal tadi karena pergi begitu saja tanpa peduli tadi hampir terjadi sebuah kecelakaan karenanya.
Mobil yang melaju itu hampir saja menabrak Marsha yang tengah menyeberang jalan. Beruntung pengemudi itu bantir stir dan berakhir menabrak tong sampah tak jauh dari Marsha.
"Zee, udah dong. Aku kan gapapa."
Marsha masih terus memohon agar Zee tidak memarahi putrinya lagi. Dia masih syok dan tidak ingin mendengar keributan lagi."Sha...aku engga enak sama kamu dan Gracie. Pertemuan pertama ini pasti jadi tidak berkesan nantinya."
Ungkap Zee."Bagiku tetap berkesan kok. Udah ya? Aku baik baik aja sekarang."
Marsha mengusap punggung tangan Zee perlahan membuat Zee menjadi lebih tenang dari sebelumnya.
Kedua anak mereka pun saling bertatapan beberapa detik sebelum Michi akhirnya buang muka. Anak itu merasa sangat kesal karena mendapat ceramah habis habisan oleh Papi nya di depan kedua musuhnya kini. Ya, Michi telah memutuskan untuk menganggap Marsha dan Gracie sebagai musuhnya.
"Michi..."
Panggil Marsha."Apa?."
"Maafin tante ya? Karena tante acara jalan jalannya jadi batal deh. Lain kali kita jalan bareng lagi ya? Kamu mau kan?."
Ujar Marsha."Silahkan atur sesuka tante, tapi maaf aku engga bakal mau ikut."
Setelahnya Michi pun pergi ke kamarnya di lantai dua.
"Michi!!."
Teriak Zee."Zee, udah. Semakin kamu marah dia akan semakin berani. Udah ya? Aku engga mau kalian jadi berantem."
"Aku merasa gagal besarin dia, Sha. Aku merasa gagal."
"Kamu engga gagal, dia cuma belum memahami apa maksud kamu. Dia masih belum cukup paham, jadi kita ngertiin dia ya?. Pelan pelan pasti dia bisa menerima."
Zee menghela nafas nya. Pandangan nya kini jatuh pada Gracie yang diam saja sejak tadi.
"Gracie, maafin Om ya? Acara rutin kamu sama Mama kamu jadi rusak karena Michi. Maafin Michi dan Om ya?."
Gracie yang sejak awal hanya diam pun mengangguk. Tidak tau harus berkata apa. Jujur dia sedih dan kecewa karena kegiatan rutinnya yang selalu dia nantikan harus gagal akibat keegoisan bocah tengil itu.
"Iya, Om."
Ujarnya lembut."Manis banget sikapnya, nurun dari kamu pasti ya?."
Tanya Zee pada Marsha."Ya kan aku Mamanya, gimana sih."
Zee terkekeh akan respon Marsha.
"Oh ya, ini udah malem banget, kalian nginep aja ya disini?."
Saran Zee. Karena terlalu lama mengikuti drama dari supir tadi mereka jadi pulang larut malam. Bahkan mereka hanya sempat makan malam tanpa acara lainnya."Kita pulang aja Zee, lagian besok Gracie masuk sekolah."
Jawab Marsha."Tapi udah malem banget loh. Udah kalian nginep aja. Biar aku minta mba beresin kamar tamu ya? Kalian duduk aja."