That Should Be Me

1.5K 261 39
                                    

Marsha berjalan menuju kamar putrinya untuk membangunkan nya. Hari sabtu ini Adel mengajak dirinya dan Michi pergi ke kebun binatang karena Michi menginginkan hadiah itu sehingga pagi sekali Marsha harus membangunkan Michi.

Sampai di kamar anak itu masih nyenyak dalam tidurnya. Gemas sekali melihat Michi tertidur dengan posisi sedikit membuka mulutnya.

Saat melirik kesamping ada sebuah kado besar disana dan dia tahu itu dari Zee. Tanpa suara Marsha menyingkirakn hadiah itu dari sana dan menyimpannya bersama hadiah lain di pojok kamar.

Lalu Marsha duduk di tepian dan mulai mengusap pipi Michi. Perlahan kedua mata itu terbuka.

"Mami?."
Ucapnya lirih.

"Iya...Ayo bangun."

"Papi mana?."

"Papi udah pulang dari semalam."

"Kenapa Papi engga pamit aku? Huaaa! Papi!!."

Marsha hanya bisa menghela nafasnya dan membiarkan anak itu menangis sepuasnya. Tanpa sadar dia terlempar ke kejadian semalam saat bisa beremu dengan Zee setelah sekian lama.

Flashback.

Setelah puas menangis dalam pelukan Zee, Michi pun tertidur. Acara ulang tahun memang sudah selesai dan beberapa tamu masih berada disana karena masih menikmati makanan yang ada disana.

Melihat Zee menggendong Michi dan membawanya ke kamar membuat Marsha pergi menyusulnya. Takut sesuatu terjadi tanpa sepengetahuan dirinya karena Zee terlalu lama bersama Michi di taman.

"Kamu apain dia?."
Tuduh Marsha ketika sampai di kamar Michi.

"Jangan berisik, dia baru aja tidur."
Ujar Zee sambil perlahan lahan menyelimuti tubuh Michi.

"Kok bisa dia tidur?."

"Dia cape...tahu sendiri tadi dia aktif banget."

Zee berdiri di depan Marsha.

"Kamu khawatir aku jahatin dia?. Sha...dia putriku juga. Mana tega aku sakitin dia."

Marsha diam sambil memperhatikan penampilan Zee. Zee yang di tatap dengan tatapan maut Marsha jadi sadar diri.

"Maaf ya kalau aku kesini engga rapi rapi dulu. Masih bau rumah sakit dan juga masih kucel. Tadi aku abis operasi dari siang dan beres mepet banget sama acara ini. Aku engga mau Michi nunggu lagi jadi aku langsung kesini."
Zee menjelaskan semuanya dalam ekspresi malu malu dan takut.

"Engga tanya tuh."

"Ya..barang kali kamu mau marah marah karena penampilan buruk aku."

"Siapa peduli."

Marsha berbalik ingin keluar kamar karena lama lama situasinya menjadi semakin intim. Apalagi Marsha ingin sekali memeluk Zee sejak tadi karena terlalu sedih melihat penampilan Zee saat ini yang tidak terurus dengan baik.

"Sha...tunggu. Ada yang mau aku omongin."

"Apa? Cepet ngomong."
Jawab Marsha tanpa menoleh ke belakang.

"Terima kasih ya udah jagain Michi, besarin dia sampai bisa se pintar sekarang. Setiap aku ketemu dia pasti ada kejutan. Entah dia bisa bhs inggris, dia bisa nyanyi, dia bisa dance, dia bisa bikin roti atau bahkan dia bisa hapal dunia kedokteran yang pastinya jarang di kuasai anak seusianya. Aku selalu bangga sama apa yang dia kuasai. Terimakasih juga udah ciptain kesan baik aku ke dia. Aku fikir dia bakalan benci sama aku, nyatanya kamu rubah kesan itu supaya dia tetep sayang sama aku. Itu berkat kamu...makasih Marsha."
Ucap Zee dengan begitu lembut.

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang