My Twin

1.5K 179 49
                                        

"Sha...itu Zee?."

Marsha menoleh ke arah tunjuk Ashel. Disana, di bawah pohon rindang ada Zee yang duduk di atas motornya.

"He'em."

"Tumben belum pulang. Atau dia nungguin lo? Biasa kan kalau kalian kena hukum di suruh pulang bareng. Dia nunggu lo kali."
Kata Ashel.

"Ngga kok. Yuk pulang. Udah mau ujan."

"Tapi lo ngga mau pamit ke Zee?."

"Ngga perlu lah."

"Perlu lah, kan buat laporan ke tante."

"Gue udah pamit ke mama mau ke rumah lo, masa pamit juga ke Zee."
Ujar Marsha kesal.

"Yakin ngga pamit dia dulu?."

"Udah ih! Keburu ujan nanti."

"Iya iya."

Ashel pun pasrah ketika Marsha menariknya keluar sekolah. Ashel teman satu satunya Marsha dan masih termasuk saudaranya juga. Keduanya hendak pergi untuk mengerjakan tugas bersama di rumah Ashel yang jaraknya dari sekolah tidak terlalu jauh.

"Lo lagi marahan sama Zee?."
Tanya Ashel ketika keduanya berjalan bersama menuju rumah Ashel.

"Ngga."

"Kok kelihatan nya ngga gitu ya? Atau emang lagi jauhan?."

"Ngga juga. Lagian kenapa sih? Kita akur salah, gelud salah, dieman salah. Lo maunya kita gimana?."

"Gue sih lebih seneng liat kalian gelut. Seru aja liatnya."

"Cape gelut mulu."

"Seru tahu kalau liat kalian gelut. Kaya orang pacaran lagi berantem."
Ashel tertawa kecil.

Memang jika Zee dan Marsha tengah berseteru, keduanya terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah ribut. Di tambah tidak banyak yang tahu mereka kembar, jadi banyak yang mengcouple kan mereka.

"Cape lah berantem mulu sama dia."

"Seru ngga?."

"Hah?."

"Seru ngga punya kembaran?."

"Ngga. Mana ada seru. Berantem tiap hari iya."

"Ih, seru tahu. Kita bisa ngedate, pergi kemanapun bareng."

"Kelihatannya gitu. Aslinya mahh."

"Spil dong, gue tahunya yang seru aja dari kalian spil juga apa yang sering kalian ributin."

"Gini ya...."

Dan lain lain.

Marsha sedikit menceritakan sisi lain dari dia dan Zee. Yang terkadang bisa akur. Bisa memanipulasi keadaan secara kompak. Dan bisa kompak untuk urusan lainnya. Mereka bisa juga kompak berbohong jika di perlukan. Tapi lebih sering adu mekanik karena sama sama tidak ingin di hukum sendirian.

Saat sore menjelang, Zee sudah tiba di rumahnya sendirian. Dia mengganti pakaiannya yang basah dengan kaos rumahannya. Beruntung papa dan mamanya belum tiba di rumah sehingga tidak akan tahu bahwa dia pulang tanpa Marsha.

Dia memutuskan pulang setelah mendapat kabar dari Ashel bahwa Marsha pulang ke rumahnya. Zee yang tadinya kesal karena di tinggal tanpa di beri tahu dulu itu tambah kesal karena Marsha sama sekali tidak pamit padanya.

Padahal dia sudah memohon pada sang ayah agar dia bisa membawa ponsel hari ini agar bisa berkomunikasi ke satu sama lain pulang nanti, justru jadi sia sia karena Marsha tidak mengabarinya.

"Den Zee kenapa? Kok murung?."
Tanya art yang melihat wajah lelah Zee.

"Marsha belum pulang ya?."

"Belum. Kok tumben ngga pulang bareng? Bukannya bapak lagi hukum kalian ya?."

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang