"Matchaaa!! Awas ada Lion!!."
"Enak aja! Awas kau kucheng!!."
"Maaaatchaaa! Atut!!"
Seseorang yang di panggil Matcha hanya menoleh dengan mata jengahnya ketika dua orang laki laki sedari tadi tidak bisa diam dan memberikannya sebuah ke damaian di sebuah rumah pagi hari ini.
Dua orang yang selalu nya ribut di segala waktu, tempat, suasana dan kondisi apapun itu masih berlari lari di sekitarnya sambil saling berteriak ke satu sama lain. Seakan tengah berebut perhatian dari satu satunya perempuan di rumah itu yang tidak lain adalah Marsha.
"Bisa diam tidak? Aku lagi masak ini!."
Bentak Marsha ketika badannya di jadikan tameng."Atut. Lion serem."
Balas laki laki di belakang Marsha yang memeluknya erat erat. Sedangkan di depan mereka ada laki laki lain yang menatap keduanya dengan berang seakan dia tengah mengincar mangsanya."Dia udah hancurin parfum aku, Sha. Masa botol nya udah di lantai aja sih, dengan keadaan pecah juga. Padahal baru kemarin aku pakai, udah abis! Gimana aku ngga marah!."
Omel sosok bernama Azizi itu."Ya maaf, ngga sengaja."
Cicit seorang bernama Adelion."Kamu tahu ngga itu harganya berapa? 5 juta! Kamu habisin cuma dalam waktu satu detik! Kamu bisa ganti ngga?!."
Marah Azizi atau Zee dengan penuh emosi.Masalahnya memang hanya parfum yang jatuh lalu pecah, tapi mengingat soal harganya, pastilah siapa saja akan marah jika di pecahkan begitu saja dengan harga segitu yang hanya berisi 30 ml saja.
"Aku bilang ngga sengaja, itu udah di pinggir meja pas aku cari handphone."
"Ya kamu harusnya hati hati tau ngga? Itu barang mahal...ya alloh..."
Zee pun duduk di meja makan dengan wajah lesunya. Dia sadar mau se marah apapun dia, barang yang sudah pecah itu tidak akan kembali utuh lagi.
"Udah ih, bisa beli lagi kan? Uang kamu kan banyak."
Ujar Marsha yang sudah bisa kembali masak setelah Adel tidak memeluknya lagi."Banyak sih banyak, bisa beli 10 kalau mau. Tapi itu ada kenangannya, Sayang. Itu hadiah dari kamu dan aku juga suka banget wanginya. Susah tau cari yang wanginya begitu. Dan Adel lagi lagi menghancurkan nya. Ini ngga sekali dua kali loh, sering."
Adel hanya bisa mengerucut kan bibirnya. Kedua tangannya sibuk memilin bajunya.
"Ya kalau berharga harusnya di taruh di tempat aman, jangan di pinggir."
Balas Adel tak mau di salahkan."Ya kamu harusnya liat dong, masa barang segede itu ngga liat."
Sewot Zee."Itu kecil, iya kan Matcha?. Matcha percaya kan sama aku? Iya kan? Ya ? Ya?."
Baju yang di tarik tarik oleh Adel, Marsha tarik paksa balik. Dirinya ingin fokus masak, tidak mau menanggapi keributan yang selalu ada di setiap detiknya di rumah itu.
"Mampus lo! Ngga percaya kan dia?."
"Ngga! Siapa bilang! Matcha percaya kok sama Adel."
"Adel kan nakal, jadi ngga bakal di bela."
"Ngga! Adel baik!. Matcha!! Bela adel dong."
Kali ini kesabaran Marsha sudah habis. Dia pun membanting spatulanya agar kedua orang itu diam.
Brak!
"Diam! Bisa diam ngga sih? Sedetik aja ngga ribut bisa ngga? Aku pusing denger kalian ribut terus. Tadi pagi ribut soal kamar mandi, belum baju, sepatu, dasi..ini parfum. Kenapa sih? Udah di kasih semua serba dua, masih aja ribut."
Omel Marsha dengan nada yang sedikit tinggi membuat baik Zee atau Adel sama sama bungkam.