Uncontrollably Fond

1.9K 202 26
                                    

Seorang pemuda duduk di atas motornya dengan gelisah. Pasalnya sudah hampir satu jam dia berada di tempat itu, namun seseorang yang menyuruhnya datang tak kunjung keluar juga dari dalam sebuah gedung. Jika bukan karena yang di tunggu menyandang gelar sahabat kecilnya, mungkin dia memilih pergi saja.

"Ck! Lama banget. Doa apa ritual sih. Tau gini ngga on time."
Gerutu pemuda itu. Bahkan bermain ponsel pun tidak bisa mengusir rasa bosan yang dia derita.

"Awas aja, besok lu gue suruh nungguin gue jum'atan! Biar mampus si Cristoy itu."

Azizi memang pemuda kurang kerjaan yang bisa seenak temannya disuruh suruh. Pikir Zee sapaannya, menunggu Christian ke gereja tidak akan selama ini. Jadi saat temannya itu memintanya untuk menjemputnya, Zee mau mau aja. Tidak tau aja Zee harus menunggu berapa lama sampai pemuda bernama Christian itu selesai berdoa.

Dari jauh sosok yang Zee tunggu akhirnya kelihatan juga keluar dari gedung gereja. Postur tinggi dan kulit putihnya membuat Zee langsung bisa mengenalinya ketika keluar gedung.

"Itu dia. Akhirnya selesai juga."

Zee terus memperhatikan sahabatnya yang masih asik bercengkrama dengan teman temannya. Tidak tau aja Zee rasanya ingin mengamuk di sana.

"Tian, minggu besok jangan telat lagi ya? Soalnya kita kebagian mimpin doa lagi."
Ujar teman Christian.

"Hehehehe. Iya, Sha. Aku janji tepat waktu soalnya mama bakalan ngamuk kalau sampai aku telat lagi. Maaf ya buat yang tadi."

"Iya. Beruntung tadi masih ada waktu buat persiapan. Kalau ngga bisa kena marah kita."

"Iya iya. Aku janji ngga telat lagi."

"Ya udah, aku pulang dulu. Kamu di jemput kan?."

"Iya. Harusnya dia juga udah disini."

Christian nampak celingukan mencari temannya. Dan Zee dari jauh hanya melambaikan tangan.

"Oh, iya temenku udah dateng."

"Temen? Siapa?."

"Itu...si Azizi."

Christian menunjuk keberadaan Zee agar teman di depannya bisa melihat ke arah Zee.

"Kenapa ngga kamu ajak masuk?."
Tanya polos teman Christian itu.

"Ah...itu. Dia....muslim Marsha. Jadi...ya gitu."
Christian menggaruk pipinya yang tidak gatal.

Marsha sosok gadis belia yang menjadi teman gereja Christian tampak tersenyum kikuk karena kesalahannya.

"Oh, maaf. Aku pikir dia sama kaya kita."

"Ya begitulah. Udah sering sih temen temen aku ngira dia non muslim karena wajahnya gitu. Tapi kedua orang tuanya itu di sebut haji gitu. Agamanya kuat banget kalau kata orang orang. Cuma anaknya emang ngga mencerminkan itu sih."

"Dia temen kamu dari kapan?."

"Udah lama. Dari lahir. Jadi intinya kedua orang tua kita sahabatan gitu, terus nular sampai ke kita. Ya kita temenan dari bayi."

"Oh, kok aku baru liat ya? Apa selama ini dia ngga jemput kamu?."

"Baru kali ini sih dia mau jemput aku. Soalnya dia lagi libur kuliah gitu terus nganggur. Ya aku minta di jemput aja."

"Oh..gitu."

"Sha, kamu mau kenalan ngga sama dia? Dia jomblo loh. Baru putus sama pacarnya gara gara Zee telat sholat gitu. Kalau mau aku kenalin sekarang juga."

"Ah, maaf Tian. Aku udah tau ujungnya jadi gimana. Jadi, makasih ya?."

"Kenapa ngga di coba dulu? Anaknya asik banget loh."

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang