Chika telah menghubungi sekertaris Zee untuk meminta bertemu dengan Zee hari ini. Setelah Zee menyetujui nya, mereka akan bertemu di jam 11 siang di sebuah restoran. Marsha sendiri tidak sudi menghubungi Zee karena dirinya merasa di khianati oleh pria itu sehingga tidak mau menemui Zee. Namun, karena Chika merasa kasian dialah yang mengalah demi masa depan Marsha dan juga anaknya.
Chika kembali mengantar Marsha tanpa Michi karena Marsha tidak sudi anaknya bertemu dengan Zee. Tepat di jam 11 keduanya tiba di restoran yang Zee maksud.
"Kamu mau kaka teminin ke dalam?."
Tawar Chika yang tidak tega pada Marsha."Kaka tunggu aja disini. Aku bakal baik baik aja di dalam."
Ungkap Marsha mencoba tegar."Ya udah. Kaka tunggu disini. Kalau ada apa apa langsung telfon kaka biar kaka yang labrak tuh cowo satu."
Marsha terkekeh. Chika ini unik sekali. Dirinya yang mengalami musibah tapi Chika yang bersemangat membasminya.
"Makasih ya ka, kak Chika banyak banget membantu aku."
"Sama sama. Kamu udah kaka anggap adek kaka sendiri. Jadi jangan sungkan ya?."
Chika mengusap bahu Marsha perlahan. Betapa dia sangat menyayangi Marsha hanya lewat usapan itu."Iya, Ka. Kalau gitu aku masuk dulu ya?."
"Iya. Semangat Marsha!."
Marsha mengatur nafasnya agar tidak memburu. Rasa rasanya dia ingin marah jika melihat Zee nantinya. Tapi omongan Chika semalam harus dia terapka. Cukup dengar alasannya lalu pergi bila memang dia harus mengalah.
Marsha perlahan masuk ke dalam resto yang masih sedikit sepi karena belum masuk ke jam makan siang.
"Marsha?."
Deg
Suara itu. Suara yang telah lama tidak Marsha dengar. Jika saja keadaannya tidak seperti ini, Marsha akan berbalik lalu berlari memeluk pria itu. Menumpahkan rindunya dalam pelukan. Tapi mengingat penghianatan yang Zee lakukan, Marsha jadi enggan bahkan hanya untuk berbalik badan.
"Marsha...itu kamu sayang?."
Ujar Zee dengan suara lirihnya seperti memohon agar Marsha mau berbalik badan.Marsha pun menoleh. Disana, ada Zee yang berdiri dengan mata yang berkaca kaca.
"Beneran kamu ternyata."
Zee perlahan mendekat lalu bersiap akan memeluk Marsha. Namun dengan cepatnya pula Marsha menahan kedua lengan Zee.
"Sha?. Kamu kenapa?."
"Bisa kita langsung aja bicara?."
"Sha. Izinkan aku meluk kamu sebentar aja."
"Aku ngga mau."
"Kamu kenapa?."
Tanya Zee bingung."Aku kenapa? Harusnya aku yang tanya kamu kenapa? Kenapa menghilang? Kenapa ngga ada kabar? Kenapa.."
Suara Marsha sedikit meninggi. Membuat beberapa orang menoleh pada mereka yang masih berdiri."Sha, aku bisa jelasin. Sekarang biarin aku peluk kamu dulu, boleh?."
Suara Zee masih rendah karena tidak mau membuat keributan."Aku ngga mau."
"Aku tahu kamu pasti marah sama aku. Aku memang salah disini."
"Memang. Salah udah hilang kabar, salah karena udah lama ngga pulang, salah tiba tiba udah nikah lagi? Zee, sejauh mana kamu bohong sama aku? Kamu bilang kita akan menua bersama, kamu bilang aku cuma satu satunya yang ada di hati kamu. Tapi apa? Apa? Sekarang kamu bahkan duain aku."