"Kamu kok udah pulang?."
Ashel turun dari lantai dua rumahnya menatap heran pada Zee yang sudah kembali ke rumah di jam 3 sore ini. Biasanya Zee pulang malam kaeena selalu lembur di kantor."Shel, ada yang mau ketemu kamu."
Ucap Zee yang berjalan dua langkah ke samping.Marsha muncul dari balik badan Zee. Wajahnya tak menampakan ekspresi apapun. Hanya diam dan juga menatap Ashel dengan padangan kosong nya.
"Siapa dia, Zee?."
Tanya Ashel ketika sudah berhadapan dengan Marsha. Ashel belum pernah bertemu Marsha yang seeing Zee ceritakan, makanya dia tidak mengenali Marsha."Marsha, istri aku."
Jawab Zee.Ashel membulatkan kedua matanya, kaget. Dia tahu pasti hari ini akan datang, tapi dia tidak menduga akan secepat ini pertemuan nya dengan istri dari Zee ini.
"Dia udah tahu cerita tentang kita, dan dia butuh penjelasan dari kamu juga. Shel, tolong jelasin ke dia apa yang sebenarnya terjadi, aku ngga mau dia salah paham sama hubungan kita."
Mohon Zee pada Ashel. Bagaimanapun juga Zee ingin hubungan dia dan Marsha membaik, dia harap Ashel mau jujur pada Marsha.Ashel mendekati Marsha lalu memeluknya.
"Maafin gue. Gue tahu udah bikin lo kecewa sama Zee. Itu semua salah gue."
Ungkap Ashel."Zee ngga salah sama sekali. Semua salah gue. Maafin gue Marsha. Gue banyak salah sama lo. Maafin gue."
Tangis Ashel pecah begitu saja. Dia sadar dia telah menyakiti hati Marsha beberapa bulan ke belakang. Dia meminta Zee untuk lebih fokus padanya. Dia meminta agar Zee tidak pulang ke kampungnya demi menemaninya di rumah. Dia banyak nuntut ke orang yang bukan miliknya. Dia merasa sangat kejam. Tapi dia ingin Zee selalu ada di saat terpuruknya karena hanya Zee yang mampu memberikan kehangatan di rumah.Marsha ikut merasakan kesedihan Ashel. Dia juga sama sedihnya. Kini di depan Zee ada dua orang yang menangis bersamaan dengan dua alasan berbeda. Ashel dengan rasa bersalahnya, sedang Marsha dengan kecewanya.
Meski Marsha paham hati wanita mana yang tidak rapuh mendapat cobaan seperti itu, tapi seharusnya tidak sampai harus pura pura menikah. Bisa cari jalan lain selain mengorbankan Zee dan juga perasaan nya.
"Gue janji akan lepas Zee setelah gue berani jujur ke bokap gue. Gue janji Marsha."
Marsha melepaskan diri dari pelukan Ashel.
"Maafin gue."
Marsha masih diam. Bingung juga harus berkata apa. Dia hanya ingin melihat wajah yang membuat Zee luluh dan mau membantu. Dia hanya memastikan saja seperti apa rupanya. Seteenya dia juga belum memikirkan nya.
Marsha menoleh pada Zee. Sebentar dia mengusap air matanya lalu kembali menoleh pada Ashel.
"Gue menunggu waktu yang tepat buat bisa ketemu sama lo dan meminta izin lo buat pinjam Zee sebentar, tapi sampai saat ini belum ketemu juga. Gue minta maaf banget karena justru lo yang dateng kesini bukan gue yang dateng temuin lo."
"Marsha, gue tahu lo pasti kesini cari suami lo. Maaf gue terlalu lama nahan dia disini. Maaf atas keegoisan gue ini. Gue yang minta dia menetap, gue yang minta dia jangan pulang dulu, semua itu ulah gue. Jangan salahin Azizi."
"Dan satu hal yang harus lo tahu, gue sama Zee menikah itu cuma pura pura aja. Kita ngga beneran nikah. Gue jujur sama lo. Kita emang serumah, tapi kita tidur di kamar masing-masing dan cuma baju Zee aja yang ada di kamarku karena bokap sering dateng ke rumah.
"Marsha, apa yang Zee bilang benar kok. Kita cuma sekedar temen aja. Dia bantuin gue buat bohong ke bokap gue."
Marsha masih mencerna semuanya. Dia sedih, kecewa, marah dan juga emosi. Tapi dia tidak bisa menumpahkan semuanya karena dia masih menghargai Ashel yang mau berkata jujur padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/323822255-288-k865010.jpg)