Zee POV.
"Sorri."
Aku meletakan sekotak susu coklat di meja belajar Marsha. Dia masih sibuk menggambar setelah kami selesai menjalani hukuman dari papa.
Sebenarnya tadi aku tidak mau berbohong pada papa dan mama. Ingin mengatakan yang sejujurnya, tapi melihat raut wajah tegas papa, aku jadi urung berkata jujur. Dan mama pun bertanya apa yang aku bawa. Tiba tiba saja papa menyimpulkan aku baru saja pergi membeli makanan hamster. Jelas aku hanya diam, lalu papa pun marah. Jadi terpaksa aku menggunakan alasan itu tadi.
Dan saat ini aku jadi menyesal. Marsha tak bisa ku ajak bicara lagi. Dia benar benar menghindari ku. Rasanya aneh sejak Marsha memilih diam saja. Lebih baik dia marah padaku, melampiaskan kekesalan dia padaku. Jangan diam seperti ini yang justru membuat aku merasa sangat jahat padanya.
"Cha. Maaf."
Ujarku lagi.Dia masih saja diam. Ini akan sangat panjang urusannya. Dan bisa sampai 1 minggu kami tidak saling sapa.
"Tadinya aku mau jujur, tapi muka papa serem banget. Mama juga tiba tiba tanya apa yang aku bawa. Jadi papa nyimpulin sendiri. Aku mau bantah tapi papa udah merasa dia benar. Ya emang sih aku beli itu buat hamster kamu, tapi sebelum itu aku kan..."
"Keluar, Zee."
Marsha mengatakannya dengan nada yang tegas. Tidak ada amarah, hanya saja terdengar kesal.
"Sha..."
"Gue mau lo keluar, bisa?."
"Huh. Iya."
Tanpa mau berdebat lagi aku putusin buat keluar kamarnya.
Keesokan harinya kami mendapat hukum tambahan. Tidak boleh keluar kamar selama seharian. Rasanya bosan, apalagi hukuman kali ini Marsha masih marah padaku sehingga tidak bisa main ke kamarnya sekedar ngobrol atau main game bareng. Hah. Penyesalan kenapa harus di akhir sih?
"Kalian masih marahan?."
Tanya mama ketika makan malam berlangsung."Marsha belum mau maafin Zee, Ma."
Kataku jujur."Sha, maafin kaka kamu dong. Kasian dia."
Ucap mama.Marsha nampak tidak mendengar ucapan mama. Segitunya kah dia marah?.
"Marsha. Jangan marah lama lama sama kembaran mu, ngga baik."
Kali ini papa yang berbicara.Fyi aja, aku sudah mengatakan yang sejujurnya pada papa kemarin malam setelah aku pikir pikir ulang mau jujur atau tidak. Papa sudah tahu salahku dimana dan dia telah menghukum aku dengan menyita ponselku selama tiga hari.
Papa juga mengatakan akan menambah hari dalam menyita ponselku jika aku belum juga berbaikan dengan Marsha. Jadi, papa sudah memaafkan Marsha sejak kemarin.
Sebelum selesai makan malam, Marsha memilih menyudahinya.
"Marsha udah selesai."
Katanya lalu pergi ke lantai dua.Melihat makanan di piring Marsha masih banyak, aku jadi sedih.
"Udah puas kamu bikin adik kamu marah?."
Kata mama dengan nada kesal padaku."Maaf, Ma."
"Papa malu Zee. Seharusnya sebagai laki laki kamu harus bisa jujur. Iya, papa akui papa juga salah dengan menilai dari satu sisi aja, tapi harusnya kamu juga berani jujur sebelum papa mikir ke situ. Kamu kok jadi laki cepet ciut nyali nya. Papa kan gitu gitu buat ngetes mental kalian. Di luar sana ada yang lebih kejam dari papa, jadi kalau kalian kita lepas, kalian udah ngga kaget lagi."
Ya papa juga punya muka mau kesel, biasa aja sama marah tuh beda tipis. Mana bisa aku mikir dulu.
"Iya maaf."
![](https://img.wattpad.com/cover/323822255-288-k865010.jpg)