Guardian Angels

2.1K 200 48
                                    

Zee POV.

Lega rasanya telah dinyatakan sembuh dari penyakit yang telah aku derita selama ini. Perjuanganku, mama dan papa bertahun tahun lamanya telah berbuah manis berkat kesembuhan ku ini.

Tuhan memang begitu baik padaku. Telah mengirimkan kedua orang tua yang begitu menyayangi ku dan selalu ada untuk anaknya. Tak hanya kedua orang tua kandungku saja, orang tua angkat ku juga sama baiknya. Beruntung nya aku di besarkan oleh mereka. Sehingga aku mampu melewati masa sulit ku dengan mudah berkat dukungan orang terdekatku.

Setelah aku menjalani oprasi jantung dan di rawat selama seminggu, akhirnya hari ini aku di perbolehkan pulang. Namun, sebelum kami pulang ke rumah, aku sengaja meminta untuk di antar ke tempat wisata terkenal di Singapura.

Tujuannya adalah untuk melepas penat setelah seminggu berada di rumah sakit.

Aku pun sudah bebas dari kursi roda. Bisa berjalan kaki seperti sebelumnya merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Biasanya aku mengandalkan kursi roda jika akan pergi kemana mana.

Tiba di tempat yang menjadi simbol negara ini yaitu Merlion, aku disambut oleh matahari yang cukup terik. Meski begitu tak menghalangi ku untuk singgah sebentar sebelum kembali.

Mama dan papa berjalan di depan kami. Lalu kembaranku berjalan di sebelah ku karena masih khawatir tentang keadaanku.

"Aku gapapa, Zean."
Ujarku pada Zean yang selalu menuntunku ketika menuruni anak tangga menuju Merlion.

"Aku cuma antisipasi aja."
Jawabnya cuek.

Meski begitu aku masih melihat sorot kekhawatiran dari nya. Dia memang kembaran terbaik selama aku hidup.

"Mama sama papa cari makan siang dulu ya? Kalian puas puasin deh liat singa itu."
Ujar mama yang baru saja mengambil beberapa potret bersama papa berlatar belakang Merlion. Ahh, iri sekali aku melihat papa dan mama yang seperti tengah berbulan madu disini.

"Iya. Ayo Zee kita juga harus foto bareng."
Ajak Zean.

Aku mengangguk dan mengikuti nya.

Beberapa foto sudah kami ambil, itu saatnya pergi menemui orang tua kami.

Pada pijakan kaki pertama sebelum pergi, aku merasa ada seseorang yang memperhatikan ku dari jauh. Saat ku itari sekitar, hanya beberapa orang saja yang melintas dari itu semua tak ada yang aku kenal atau yang melihat ke arahku, jadi mungkin hanya firasat ku saja.

"Ayo, Zee. Kita udah di tunggu."
Zean menarik tanganku untuk segera pergi.

Tiba di sebuah restoran, mama dan papa memanggil kami. Ternyata mereka sudah memesan untuk kami sekalian.

"Zee, mama pesenin kamu salad. Kamu harus mulai makan makanan sehat."
Ujar mamaku setelah kami duduk.

Meski tak menyukai sayuran, aku tetap harus memakannya. Demi kesembuhanku.

Di dalam restoran ini pun aku merasa di perhatikan oleh orang. Namun, lagi lagi tak ada seseorang pun yang mencurigakan disini. Mereka sibuk makan dan ada juga yang saling mengobrol.

"Kenapa?."
Tanya mama.

"Gapapa."
Jawabku. Memang tak ada apa apa. Hanya firasat saja.

"Ya udah, di makan dong. Kalau mau pesen yang lain bilang mama ya?."

"Iya ma."

Setelah makanan kami habis, kami memutuskan untuk pulang. Hari sudah mulai sore, kami harus tiba di rumah sebelum malam datang.

Ya, kami semua tinggal di sebuah rumah yang papa sewa untuk satu bulan. Rumah yang nyaman untuk kami tinggali terletak tak jauh dari pusat kota, namun bila kami tempuh dengan jalan kaki, tetap akan terasa jauh. Kenapa papa sewa rumah, itu sebenarnya keinginan ku, karena jika tinggal di hotel, aku tak akan nyaman senyaman tinggal di sebuah rumah.

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang