Seminggu sudah Chika pergi meninggalkan Marsha dan Michi berdua di rumah. Meski Michi anaknya mandiri, tetapi ada waktu dimana dia manja, rewel meminta sesuatu atau kadang susah di bangunkan ketika pagi. Seperti pagi ini. Dia yang biasa bangun siang, harus bangun pagi karena sekolah. Marsha pun berniat membangunkan Michi.
"Michi...yuk bangun, udah siang."
"Henghh."
"Ayo bangun."
"Hengh."
Marsha menghela nafas. Ini kali pertama Michi susah di bangunkan. Biasanya anak itu sudah bangun saat dia baru membuka pintu.
Karena tidak ada respon dari Michi, Marsha pun tak kehabisan ide. Dia berjalan ke arah jendela lalu menyisingkan horden.
Silau matahari pagi membuat Marsha menyipitkan mata.
"Mama!!."
Marsha mundur beberapa langkah. Telinganya tiba tiba berdengung. Ada suara entah dari mana datangnya.
"Shhhh."
"Mama!!."
Selain telinganya yang berdengung, kepalanya pun tiba tiba pusing. Seperti ada kepingan pazel di kepalanya.
"Aunty?."
Michi yang baru saja bangun lalu melihat Marsha seperti kesakitan itupun lekas bangkit. Di pegang lengan Marsha khawatir.
"Aunty kenapa?."
Tanya Michi.Marsha hanya menggelengkan kepala.
"Papa!! Pa!! Aunty pa!!."
Teriak Michi.Zee yang mendengar teriakan Michi lekas menyusul. Kebetulan Zee belum berangkat bekerja, biasanya lelaki itu sudah pergi.
Brak!
"Sha...kamu kenapa?."
Panik Zee."Dia diem aja dari tadi. Pa, Michi takut."
Michi menangis karena takut terjadi hal yang buruk pada Marsha.Zee langsung memeluk Marsha yang tiba tiba limbung dan jatuh pingsan.
"Pa..."
"Mama gapapa."
Ujar Zee lembut pada Michi.Zee membopong Marsha dan membaringkannya di atas ranjang secara perlahan. Lalu menyelimutinya. Wajah Marsha yang pucat membuat Zee sedikit khawatir.
"Mama kenapa? Sakit lagi?."
Tanya Michi."Mama cuma pusing, nanti juga sembuh."
Michi menunduk. Menyesal tidak langsung bangun ketika Marsha datang. Seharusnya dia bangun dan pasti tidak akan ada kejadian seperti tadi. Michi tahu bahwa setiap Marsha datang ke kamarnya, atau berinteraksi dengannya, pasti akan terjadi hal seperti ini. Makanya dia jarang sekali menganggu Marsha. Itulah mengapa ada rasa sesal di hatinya karena telah membuat Marsha pingsan.
"Maaf."
"Kenapa kamu minta maaf?."
Zee menoleh pada anaknya yang menunduk."Karena aku, mama jadi pingsan."
"Bukan salah kamu sayang. Udah ya?."
Zee mengusap pipi Michi untuk menenangkan anak itu.
"Sekarang Michi mau mandi ngga?."
"Aku mau bolos, mau jaga mama."
Ujar Michi."Mama gapapa, kita mandi ya?."
"Tapi..."
"Papa yang akan jagain mama. Kamu harus sekolah."
"Iya."
Zee membantu Michi untuk bersiap berangkat sekolah. Tak lama Michi pun sudah rapi dengan seragamnya dan kunciran ala kadarnya. Zee pun mengajak anaknya sarapan dahulu dan membiarkan Marsha istirahat. Marsha memang sering sekali pingsan dan akan kembali sadar beberapa menit kemudian sehingga Zee tidak terlalu khawatir meski tetap khawatir tapi dia bersikap santai agar sang anak tidak ikut mengkhawatirkan kondisi Marsha.