"Gimana? Aman?."
"Sip. Tkp udah aman."
"Kalau target juga udah masuk."
"Bagus deh."
Tiga gadis sepantaran itu pun bertos ria lalu pergi dari depan gudang sekolah dengan perlahan.
"Yang kemarin belum cukup buat dia jera. Gue jadi kena marah kaka gue gara gara dia, sebel."
Ujar Christy pada dua temannya saat mereka tiba di kantin."Sorri deh, kayaknya kaka lo liat gue di gerbang darurat."
Sesal Jessi."Atau liat gue di pos? Bisa jadi kan?."
Kata Muthe mengingat dia juga melihat Zee melewatinya."Tau ah. Pokoknya gue kesel banget sama dia. Gue ngga mau liat dia lagi."
Christy meminum jus nya dengan cepat."Teneng aja. Pelajaran kali ini pasti buat dia trauma."
"Bener itu. Gudang kalau sore serem banget tahu."
"Moga aja besok ngga liat dia lagi."
"Pasti itu."
Obrolan mereka di dengar oleh salah satu siswi disana. Siswi yang cukup sering menjadi saksi kejahilan geng yang di ketuai Jessi itu. Namun, dia murid pindahan yang tidak bisa berbuat apa apa selain menonton nya. Jika dia ikut membantu, dia takut akan menjadi sasaran jahil berikutnya.
Sedangkan target yang mereka bicarakan tengah susah payah membuka pintu gudang. Dia Marsha dengan setelan olahraga nya. Tadi, atas skenario yang di buat, dia di hukum mengembalikan bola basket ke gudang. Sesuai rencana geng Jessi, dia di kurung disana. Mengingat ini jam pelajaran terakhir, maka tidak akan ada lagi yang akan masuk gudang untuk mengambil peralatan olahraga. Dan di pastikan Marsha akan mendekam disana entah sampai kapan mengingat gudang ada di pojok sekolah yang jarang sekali terjamah.
"Tolong!! Tolong!! Ada orang disini!! Tolong!!."
Teriak Marsha. Wajah lelah bertambah dengan paniknya tercetak jelas di wajah putih Marsha.Brak
Brak
Brak
Sekuat tenaga Marsha mendobrak pintu itu. Tenaganya perlahan habis karena tadi dia mengeluarkan banyak tenaga untuk olahraga di tambah berteriak dan memukul pintu agar ada yang mendengar nya. Tapi sepertinya usahanya nihil. Belum ada satupun yang mendekat dan membukakan pintu. Sebentar lagi bel tanda masuk pun akan berbunyi, pastilah dia akan mendekam sampai pulang sekolah.
"Mama...tolong Marsha. Marsha takut."
Karena lelah, Marsha memilih duduk sebentar.Dia menyandarkan badannya di pintu lalu duduk memeluk lutut. Air matanya sampai tak menetes lagi karena dia takut. Gudang gelap di tambah cuaca mendung. Siapapun pasti akan takut.
"Siapapun tolong!! Tolong."
Suaranya makin melemah.Hingga pukul 5 sore Marsha masih berada di dalam gudang. Pada siswa/i pun sudah mulai meninggalkan sekolah selepas mengikuti ekstrakurikuler.
Zee juga baru akan pulang setelah mengikuti les bahasa inggris nya. Sebelum dia selesai mengemasi buku, ada seorang siswi yang mendekatinya.
"Ka Zee."
Panggil siswi itu takut takut.Zee menoleh. Merasa heran kenapa anak itu memanggilnya namun wajahnya melihat kesana kemari seperti akan mencuri sesuatu.
"Kamu kenapa, Freya?."
Tanya Zee yang mengenal nama gadis di depannya yang selalu dia temui ketika les bahasa inggris."I-itu, kak."
"Kenapa?."
"Ka...tolong bantu Marsha."