Sudden Shower

1.6K 225 39
                                    

Sore itu Jakarta di guyur hujan lebat yang membuat beberapa ruas jalan tergenang air dan mengakibatkan macet parah di beberapa titik. Michi pun harus bersabar entah berapa jam lagi menunggu jemputannya yang terjebak macet sejak sejam yang lalu.

Les telah usai sejak sejam yang lalu tapi dia masih duduk di teras tempat lesnya karena macet membuat supirnya datang terlambat. Ini yang dia takutkan ketika pindah tempat les yaitu jarak dari rumahnya cukup jauh sehingga memakan waktu yang lama.

Hujan pun semakin deras bahkan angin pun membuat Michi semakin erat memeluk dirinya sendiri. Dingin, sepi dan membuatnya sedikit takut. Dia hanya bisa terus bergumam agar suasana tidak terlalu menakutkan.

"Hujannya awet ya?."

Michi segera menoleh ketika seseorang datang dan duduk di sebelahnya. Setelah melihat siapa yang datang, Michi lekas membuang mukanya karena malas harus bertemu Gracie lagi setelah kejadian pulang bersama seminggu yang lalu. Dia masih malu karena kini Gracie tahu apa kelemahannya.

"Menurut Bmkg Sih bakal lama hujannya. Jadi, mungkin kita bakal disini sampai malem."
Gracie menoleh pada Michi yang nampak sekali ketakutan.

Gracie segera mengeluarkan payung dari dalam tasnya. Dia membuka payungnya dan mengulurkan tangan mengajak Michi ikut serta.

"Apaa?."
Tanya Michi saat Gracie mengulurkan tangan.

"Ayo kita ke depan, nunggu jemputan disana aja."
Ajak Gracie.

"Males. Udah sana lo aja."
Balas Michi.

"Bentar lagi tempat ini di tutup udah sore mau lo tidur disini?."

"Biarin."

"Ayo pulang, aku temenin deh di depan nunggu supir kamu jemput."

"Udah sana lo aja, gue mau nunggu disini aja."

"Ck!."

Gracie pun menutup payungnya lagi dan duduk kembali. Michi yang melihatnya terheran heran akan sikap Gracie yang memilih duduk kembali daripada meninggalkan dirinya.

Tempat les pun sudah banyak di tinggal oleh beberapa anak yang les disana. Mereka rata rata berjalan kaki untuk pulang atau di jemput menggunakan sepeda motor sehingga tidak terjebak macet.

Suasana yang tadi sempat riuh ketika kelas Gracie bubar pun lama lama sepi kembali. Hanya tinggal beberapa anak saja disana termasuk Michi dan Gracie.

"Udah sampai mana supir kamu?."
Tanya Gracie memecahkan suasana.

"Engga tau."

"Hah. Pasti masih jauh. Mama juga."
Gumam Gracie.

"Lo engga jadi pulang?."
Lama lama Michi penasaran juga kenapa Gracie tidak jadi menunggu di depan.

"Gue temenin lo aja sampai Mama jemput nanti."

"Gue engga butuh temen, lo kalau mau ke depan sok atuh gapapa."

"Engga di anggep gapapa gue juga engga peduli. Gue cuma mau duduk aja disini di depan kudu berdiri soalnya."

Michi hanya mengangguk kecil.

"Hujan enaknya minum coklat panas nieh, nanti minta Mama buat ah."
Gumam Gracie yang masih bisa di dengar Michi.

"Lo suka coklat panas juga engga?."

"Engga."

"Ah rugi engga suka minuman terbaik di dunia ini."

"Air putih lebih terbaik."

"Ah...mirip Mama."
Ucap Gracie lirih.

"Padahal hujan gini cocok bikin coklat panas, nyemil biskuit, sambil baca buku dan dengerin musik, beuhhh..me time banget itu."
Curhat Gracie.

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang