Pencarian Zee mulai dilakukan. Chika rela membantu Marsha karena rasa iba dan simpatik karena sama sama seorang perempuan, sama sama seorang istri dan juga ibu dari satu anak. Dirinya rela meninggalkan kost an demi membantu Marsha berkeliling Jakarta.
"Kira kira kita kemana dulu?."
Tanya Chika yang duduk di sebelah Marsha yang masih melamun."Ah, kita ke....ke.."
"Ke tempat kerja papa kan, Ma?."
Ujar Michi yang duduk di jok depan bersama supir yang bekerja di rumah Chika.Chika pun mengangguk setuju serta menyuruh supirnya pergi ke alamat yang Marsha tahu itu merupakan kantor suaminya bekerja.
"Ka Chika gapapa kita pergi gini?."
Tanya Marsha merasa tidak enak karena dirinya Chika harus meninggalkan kost an untuk sementara."Emang kenapa? Lagian kost aman selama suami saya yang jaga. Kamu tenang aja ya? Sekarang kita fokus cari si bang toyib itu."
"Bang toyib? Siapa?."
Lagi lagi wajah Michi keluar dari sela kursi.Chika terkekeh. Dirinya terbiasa ceplas ceplos sehingga tanpa sadar memberikan julukan untuk Zee demikian.
"Ya papa kamu sayang."
"Nama papa di jakarta di ganti?."
"Eh, ngga gitu. Itu cuma.."
"Nama samaran aja. Jadi papa bisa di sebut bang toyib karena udah lama ngga pulang ke rumah sayang."
Ucapan Marsha membuat Michi mengangguk.Tiba di sebuah gedung perkantoran mereka sedikit bingung harus bagaimana mencari orang yang bernama Azizi.
Chika membawa Marsha masuk menuju resepsionis dan menanyakan keberadaan Azizi. Sedangkan Michi menunggu di depan karena ada sebuah kolam ikan koi. Tenang saja, supir Chika yang menjaga Michi selama Chika dan Marsha masuk ke dalam.
Kedatangan Chika dan Marsha sedikit membuat bingung pihak resepsionis karena mereka seperti terburu buru masuk ke dalam gedung.
"Mohon maaf, ada perlu apa ya sama bapak Azizi? Beliau sudah pulang sejak siang karena istrinya tengah jatuh sakit di rumah."
Ujar petugas itu setelah Chika menjelaskan kedatangannya bersama Marsha.Deg!
Istri?
Batin Marsha berkecambuk. Siapa istri Zee? Siapa madunya?.
Baik Marsha dan Chika sama sama kaget bukan main. Bahkan Marsha lemas seketika.
"Marsha.."
Chika membantu Marsha berdiri tegak kembali.
"Tapi mba, perempuan ini istri nya Azizi. Mba salah kali."
Chika menunjuk Marsha dengan dagunya."Beneran, ibu. Beliau telah menikah sekitar dua bulan lalu dengan anak pemilik perusahaan ini. Karena itu beliau sudah di angkat menjadi manager disini."
"Kok bisa? Mba, Jangan ngaco deh. Jelas jelas istrinya dia, bukan orang lain. Anaknya juga ada, didepan itu. Mau saya panggil anaknya biar anaknya sendiri yang bilang?."
Petugas resepsionis terlihat kesal pada Chika karena marah marah tidak jelas.
"Mohon maaf, Bu. Saya tidak bisa bantu."
"Mba, jangan gini dong. Istrinya tuh dateng jauh dari jogja loh, mas...."
Chika masih saja berusaha bernegosiasi dengan petugas resepsionis. Sedangkan Marsha menahan tangan Chika agar perempuan itu berhenti memarahi petugas resepsionis."Hah. Ya udah kalau gitu. Bisa kasih tahu di mana rumah bapak Azizi? Kami boleh minta alamatnya?."
Tanya Chika dengan nada juteknya."Kalau itu saya tidak berhak memberi tahu karena itu bersifat privasi saya tidak bisa asal memberikannya. Ibu bisa kembali lagi besok untuk bertemu beliau setelah membuat janji."