Survive

1.5K 195 21
                                    

"Grec! Gracie! Kamu dimana sayang? Maafin mama!. Grec!! Gracie!!. Kamu dimana?! Maafin mama...maafin mama sayang, ayo pulang!."

"Grec!! Kamu dimana? Grec!! Ini mama! Ayo pulang."

Sambil terus memanggil nama anaknya, Marsha memutari area hotel dimana dia tengah menginap selama berada di Jogja. Saat ini sang anak hilang dari jarak pandangnya dan membuatnya kalang kabut mencari kesana kemari.

Setelah selesai dengan lamunannya tadi, dia berniat menghampiri sang anak yang Marsha yakini berada di kamarnya setelah kesal padanya yang terus mengajak Gracie untuk pindah sekolah.

Tapi ternyata kamar itu kosong. Marsha masih berfikir anaknya mungkin berada di dalam toilet, saat di cek pun Gracie tidak ada disana. Seketika Marsha panik dan mengecek ke seluruh tempat di kamar hotelnya yang cukup luas karena terdapat dapur juga. Tetapi tidak ada Gracie di sudut manapun di hotel itu.

Marsha pun bergegas ke luar tanpa repot repot mengganti pakaiannya yang sederhana itu. Bahkan dia tidak sempat mengganti sendal dan hanya memakai sendal hotel saja.

Kepanikannya bertambah saat Marsha bertanya ke beberapa orang yang dia temui di lobbi hotel bahwa mereka tidak pernah melihat Gracie dari ciri ciri yang Marsha sebutkan. Bahkan security dan pegawai hotel pun tak ada yang pernah melihat nya.

"Kamu dimana sih sayang?."
Ucap Marsha lirih. Kakinya sudah tidak kuat lagi ia gerakan untuk memutari area hotel yang cukup luas ini untuk ke 10 kalinya.

Banyak orang yang memandang aneh pada Marsha yang memang terlihat sangat memprihatinkan. Dimana dia hanya memakai baju sederhana dengan sandal hotel yang telah lusuh karena di pakai kesana kemari bahkan menginjak semua yang Marsha lewati tadi tanpa terkecuali. Membuat sendal yang tadinya seputih ubin mendadak menjadi sendal seorang pekerja persawahan.

Bahkan tanpa Marsha sadari wajahnya pun telah kusam karena sembab dan terkena polusi di sekitar hotel dan beberapa taman yang Marsha lewati. Bagi Marsha, menemukan sang anak lebih penting dari pada penampilan nya kini.

Setelah 10 menit duduk, Marsha kembali berdiri. Langkahnya terhenti saat seorang pegawai restoran mendekatinya.

"Ibu, ada yang bisa saya bantu? Sejak tadi saya melihat ibu seperti tengah mencari sesuatu? Kalau boleh tahu, ibu sedang mencari siapa?."
Tanyanya penuh prihatin melihat penampilan Marsha.

"Mas...mas lihat anak saya? Dia perempuan, masih umur sepuluh tahun, tingginya hampir se bahu saya...terakhir saya liat dia cuma pakai baju tidur gambar Winnie the pooh, mas liat ngga? Anaknya putih, ada lesung pipinya. Mas...liat ngga?."
Ujar Marsha putus asa. Dia lelah dan juga pusing karena sudah berjalan cukup jauh meski dirinya masih di area hotel. Dia tidak berfikir anaknya keluyuran ke luar, makanya Marsha hanya mencari di sekitar hotel saja sejak tadi.

"Mas, liat ngga? Liat anak saya. Namanya Gracie."

Laki laki itu pun tampak berfikir.

"Bajunya warna pink bukan? Terus tangan kirinya ada gelang warna silver?."
Tanyanya setelah ingat seorang anak tadi.

"Iya!! Dia anak saya, mas. Mas liat dimana? Kapan?."

"Kira-kira sudah 1 jam yang lalu dia ada di restoran hotel, Ibu. Dia bersama satu laki laki dan satu perempuan. Dia terlihat akrab dengan keduanya. Saya pikir mereka orang tuanya."

"Mas yakin mereka akrab? Anak saya ngga nangis sama sekali?."
Tanya Marsha heran.

"Tidak, Ibu. Bahkan sosok laki laki itu terlihat sayang sama putri ibu. Apa mungkin dia papanya?."

Zee?

Pikir Marsha.

Siapa lagi kalau bukan Zee. Marsha yakin dia Zee. Orang yang Gracie temui pasti Zee. Anaknya tidak mudah akrab dengan siapapun. Bahkan keluarganya sendiri anak itu tidak mudah bergaul. Sudah pasti itu Zee.

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang