Hari demi hari berlalu begitu cepat dan tak terasa hubungan Zee dan Marsha semakin serius. Meski kedua anak mereka masih belum menerima akan bersatunya kedua orang tua mereka, tetapi mereka pun tidak bisa memisahkan kedua orang tuanya yang semakin hari semakin sering bertemu.
Malam ini Zee dan Michi di undang makan malam oleh Marsha di rumahnya. Marsha sudah menyiapkan banyak menu karena tidak tau mana yang Michi suka. Marsha tau Michi masih bersikap dingin padanya tapi itu bukan alasan untuk tidak memanjakan anak dari pacarnya ini.
Gracie pun ikut sibuk membantu Marsha sejak siang tadi. Inginnya dia bermain saja bersama temannya tapi Marsha menahannya di dapur. Mau tidak mau Gracie pun membantu Mamanya.
"Kenapa sih menunya engga ada yang aku suka?."
Tanya Gracie melihat beberapa makanan di meja makan."Loh, balado telor kan kamu suka juga."
Jawab Marsha."Suka tapi lagi engga mau makan itu."
"Kamu maunya apa? Mau mama masakin lagi?."
"Udah ini aja. Aku tau Mama udah cape."
Jawabnya. Dia yang hanya bantu sedikit aja sudah kelelahan, apalagi Marsha yang melakukan banyak hal padahal belum genap sehari ini."Gapapa ya? Ini banyak kok kamu bisa cobain semua."
Gracie menatap wajah Mamanya yang tampak sekali lelah. Pagi hari harus pergi ke pasar untuk membeli banyak sekali bahan masakan, pulang harus segera memasaknya, belum lagi merapikan rumah kontrakan mereka dan mempersiapkan semuanya sendiri.
Melihat usaha keras Mamanya untuk meluluhkan hati Michi membuat Gracie sedikit cemburu. Apalagi sifat Michi yang masih mengesalkan baginya. Dia yang bisa menerima kehadiran Zee merasa sedikit kesal karena Michi belum juga bisa menerima kehadiran Mamanya.
"Ma?.'
"Iya?."
"Duduk dulu sini. Ini masih sore juga."
Marsha sibuk mondar mandir merapikan ruang tamu. Selesai masak dia beberes rumah seperti menyapu dan mengepel lantai.
"Sebentar ya? Ini pot nya mau Mama pindah, cuma kemana ya?."
"Udah itu disitu aja, ngapain di pindah."
"Iyakah? Ya udah deh."
Kini Marsha beralih ke teras rumah. Melihat beberapa tanaman di depan.
"Kenapa?."
"Perlu di potong engga sih rumputnya?."
"Buat apa sih? Toh anak tengil itu engga bakal liat kesitu."
"Biar rapi aja sih."
"Segitunya? Biar apa sih? Biar di cap calon ibu yang baik? Bersih? Rapi? Pinter masak? Apa sih yang Mama mau tunjukin ke dia?."
"Gres.."
"Ma, aku engga suka Mama berlebihan gini. Udah sih biasa aja. Mereka juga engga mungkin menilai penampilan Mama dari tanaman."
"Maaf ya? Mama berlebihan."
"Kenapa minta maaf? Mama engga salah."
"Ya udah, yuk masuk."
Keduanya masuk ke dalam rumah. Rumah sudah rapi,bersih dan wangi semerbak dari pengharum ruangan yang si setel otomatis.
"Ma..aku mau ngomong sesuatu boleh?."
"Apa?."
"Kita duduk yuk?."
"Iya."
Gracie membawa Marsha duduk di sofa.