Keluarga Cemara

1.2K 189 15
                                    

Tak terasa sudah satu minggu keluarga Zee menepati rumah barunya. Semua sudah beres dan sudah mulai nyaman untuk di tempati. Mereka pun sudah mulai betah dan merasa tenang tinggal di rumah yang sudah di renovasi di beberapa bagian agar tidak terlihat menakutkan dan lusuh.

Pagi ini Marsha akan memasak di dapurnya untuk sarapan mereka. Dia terlihat kebingungan karena stok beras di rumahnya sudah menipis dan dia tidak berani meminta uang pada Zee karena dia tahu Zee belum mulai bekerja.

Marsha pun hanya diam mematung sembari memutar otaknya agar beras yang sisa sedikit itu bisa mengenyangkan mereka berempat.

"Bikin bubur aja deh."
Putus Marsha dan mulai mengambil panci.

Setelah mencuci beras, dia mulai memasak nasi di atas kompor. Setelah beras dan sedikit potongan ayam di rebus yang nantinya akan jadi bubur, Marsha mulai menyiapkan pelengkapnya yaitu isian bubur. Dia lekas memotong ayam yang akan jadi ayam suwir, lalu kerupuk, serta bumbu lainnya.

Setidaknya masih ada satu potong daging ayam yang tersisa. Marsha hanya menggunakan separuhnya dan sisanya untuk masak esok lagi.

"Ashhh."

Sibuk memotong daging ayam sembari melamun, jari Marsha pun sedikit tergores. Dia mengibaskan jarinya beberapa kali sebelum memasukannya ke dalam mulutnya.

Detik berikutnya tinggal air matanya yang keluar dari kedua mata indahnya. Ini pertama kalinya seorang Marsha menangis setelah pindah rumah. 

Dia menangis bukan karena merasakan sakit pada jarinya, melainkan kisah keluarga nya sekarang. Se menderita apa mereka kini menjadi momok utama dia menangis.

Rasanya dia sudah jatuh tertimpa tangga pula. Setelah Zee di keluarkan dari tempat kerjanya, mereka juga terpaksa pindah dari rumah lamanya, lalu Zee yang belum mendapatkan pekerjaan lagi. Semua menjadi satu. Takut, kecewa dan merasa tidak berguna pun Marsha rasakan.

"Sha..."

Zee datang ke dapur. Dia yang melihat Marsha menangis langsung memeluknya. Zee sangat paham apa yang Marsha rasakan.

"Kenapa? Hem?."

"Gapapa."
Marsha buru buru menghapus air matanya takut Zee khawatir.

"Jangan bohong. Kamu ngga boleh bohong sama suami kamu."

"Jariku tergores, Zee."
Marsha menunjukan jemarinya yang masih mengeluarkan darah dengan ekspresi lucunya.

Zee lekas mengambil alih membersihkan darah yang masih keluar dengan cara menghisapnya.

"Kenapa bisa? Kamu melamun ya?."
Zee terus saja mengisap darah itu meski darahnya sudah tak sebanyak saat Marsha menghisap nya tadi.

"Ngga. Ngga kok."

"Kamu ngga ceroboh, Marsha. Kamu pasti tadi melamun."

Zee pergi mengambil plester luka. Tak lama dia kembali dan membantu Marsha menutup lukanya.

"Lain kali hati hati kalau lagi pegang pisau."
Kata Zee setelah selesai membungkus jemari Marsha.

"Iya. Maaf."

"Kamu mau masak apa? Biar aku bantu."

"Aku mau masak bubur ayam aja sih. Bingung mau masak apa. Gapapa kan?."

"Gapapa dong. Udah lama juga kita ngga sarapan bubur."
Zee mengambil sendok sayur dan mengaduk beras dalam panci.

"Zee, kamu rapi banget, mau kemana?."
Marsha baru sadar bahwa Zee berpenampilan sedikit rapi.

"Ah, hari ini aku mau cari kerjaan, Sha. Doain ya biar aku dapet."

Marsha tersenyum mendengar jawaban Zee.

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang