Keluarga Cemara

2.8K 202 18
                                    

Terlihat dari ujung jalan empat orang berjalan Bersamaan. Dua diantaranya merupakan perempuan, salah satunya perempuan dewasa dan satu lagi anak kecil berumur 5 tahun. Di belakang berjalan seorang pria dewasa dengan seorang anak laki laki berumur 10 tahun. Mereka satu keluarga yang berjalan tanpa tujuan.

"Huh! Aku cape! Kita mau kemana sih?."
Keluh gadis bernama Angel itu. Dia pergi dari rumahnya bersama ayah, ibu dan kakanya sekitar pukul 10 Pagi, namun hingga pukul satu siang mereka belum sampai ke tujuannya. Jelas anak itu mengeluh karena sejak pergi mereka hanya berjalan kaki tanpa arah.

"Angel, jalan sebentar lagi ya? Nanti sampai kok."
Hibur Marsha. Sosok ibu yang sabar dan juga penuh kasih.

Perempuan itu pun berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak. Perlahan dia mengusap keringat di dahi sang anak.

"Kamu cape ya? Mau mama gendong aja?."
Tawar Marsha.

"Aku aja yang gendong dia."
Zee pun berjongkok membelakangi sang anak agar anaknya bisa naik ke punggung nya.

Angel akhirnya mau di gendong. Mereka pun melanjutkan perjalanan.

"Ma, kita mau kemana? Kok belum sampai?."
Tanya anak sulung Marsha yang bernama Bumi langit.

"Kita mau ke rumah baru, bentar lagi sampai."

Marsha menuntun anak nya dan berjalan kembali di belakang sang suami.

Mereka merupakan satu keluarga yang awalnya keluarga bahagia. Hidup berkecukupan, memiliki penghasilan yang bisa menghidupi keempat anggota keluarga nya dan bisa menyekolahkan kedua anaknya. Namun, seakan roda kehidupan tengah berada di bawah. Mereka menepati titik rendah dalam hidup.

Azizi sang kepala keluarga di keluarkan dari tempat kerjanya satu bulan yang lalu karena ada pengurangan karyawan dan sialnya dia ikut dalam jajaran karyawan yang di keluarkan. Sejak saat itu dia belum mendapatkan pekerjaan kembali.

Marsha si ibu rumah tangga yang keseharian nya hanya berada di rumah pun tak bisa membantu perekonomian suaminya. Alhasil dia hanya pasrah saat sang suami kini menganggur.

Mereka baru saja keluar dari kontrakan lama mereka yang harga sewanya cukup mahal dan membuat mereka tak sanggup lagi membayarnya sehingga mereka memutuskan untuk pergi mencari tempat berteduh yang harga sewanya lebih murah agar mereka bisa bertahan hidup.

Namun, jarak dari kontrakan lama ke kontrakan baru cukup jauh, mereka hanya pergi menaiki angkot sekali dan sisanya mereka berjalan kaki. Meski masih ada sedikit uang, mereka lebih memilih untuk menggunakannya nanti jika mereka akan makan.

"Kita udah sampai!."
Ujar Zee mencoba tersenyum bahagia ketika mereka tiba di sebuah rumah petak yang luasnya hanya separuh dari luas rumah lama mereka.

Kondisinya masih cukup berantakan karena memang belum pernah di tinggali. Zee dan Marsha hanya mampu mengontrak rumah ini dengan sisa uang yang mereka punya. Harganya sedikit murah karena kondisinya memang tidak terlalu bersih.

"Kok jelek, Pa? Aku ngga mau tinggal disini. Aku ngga mau!."
Angel menangis se jadi jadinya. Dia takut, dan merasa jijik melihat rumah itu.

"Sayang. Rumahnya memang belum di bersihin jadi jelek. Nanti Angel bantu mama dan papa beresin ya? Jadi lebih nyaman buat kita tidur."
Hibur Zee yang mencoba menenangkan sang anak.

"Tapi aku ngga mau. Jelek. Serem. Aku takut."

"Kan ada abang. Jadi Angel ngga usah takut."
Bumi mengerti keadaan keluarganya yang tengah susah sehingga dia harus ikut membantu membujuk sang adik.

"Beneran ya? Janji?."

"Iya, abang janji. Ayo kita lihat rumah baru kita."

Angel pun di turunkan oleh Zee dan lekas berjalan mendahului Marsha dan Zee.

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang