Tinggal menghitung hari lagi Marsha akan segera melahirkan. Marsha kini pun telah menutup sementara tokonya, dia sibuk mempersiapkan kebutuhan bayi ketika baru lahir seperti tempat tidurnya, lemari baju, bajunya, selimut, dan masih banyak lagi. Semua kebutuhan itu telah dia terima dari dua pihak keluarga, Marsha hanya perlu menyusunya di sebuah lemari yang juga dia dapat dari keluarga Lena.
Hari harinya menjadi sangat kelabu. Setelah memutuskan untuk tetap tinggal di rumah, dia merasa begitu kesepian. Pasal nya tak ada seorang pun yang mengunjungi nya setelah acara 7 bulanan itu. Meski komunikasi masih terjalin, tetapi ada saja yang kurang.
Zee benar, sepertinya yang mengharapkan anak ini lahir hanyalah Lena, dia yang selalu datang kapanpun itu. Selalu membuat dirinya merasa punya keluarga. Kini, hanya berteman dengan sang gadis kecilnya, dia mencoba bertahan.
"Mom! Lihat! Baju ini bagus banget."
Gracie yang sejak tadi membantunya memasukan baju ke dalam lemari menunjukan sebuah baju yang sangat lucu baginya.
"Oh iya. Kira kira dari siapa ya?."
Kata Marsha sedikit penasaran.Setiap baju yang dia terima, selalu saja dia cuci terlebih dahulu tanpa mengetahui siapa yang memberikannya. Marsha penasaran dengan siapa yang memberikan baju itu. Karena dari style bajunya terlihat sangat cool.
"Emm, Oma Shani pastinya!."
"Bisa jadi."
"Oh ya, kok oma Shani dan oma Cindy ngga kesini lagi? Kenapa?."
"Mereka sibuk kerja sayang. Kenapa emang nya? Kamu kangen ya?."
"Iya. Mereka baik banget. Suka kasih aku hadiah."
"Ge, jangan selalu mengharapkan hadiah dari orang lain, nanti mereka ngira kamu haus akan hadiah. Padahal kan mom selalu kasih kamu hadiah loh, masa kamu ngga tahu."
"Iya sih. Hadiah dari mom selalu menjadi yang terbaik."
Marsha pun tersenyum.
"Ya udah, ayo cepet masukin nanti kita makan siang."
"Oke!."
Sedang dari luar, terdapat satu mobil yang berhenti tepat di seberang toko milik Marsha. Sosok misterius itu hanya diam di jok mobil sambil melihat ke lantai dua toko milik Marsha yang menjadi rumah Marsha itu.
"Marsha itu temen terbaik aku, aku sayang banget sama dia. Itu makanya aku berani minta bantuan sama dia. Aku yakin dia mau bantu kita."
"Tapi, aku ngga mau repotin dia. Kita gini aja aku udah seneng."
"Zee, keluarga kita yang mengharapkan itu. Aku pengen banget kabulkan keinginan mereka."
"Tapi ngga gini caranya. Kita bisa adopsi anak.'
"Ngga. Aku mau anak ini memilik darah kamu."
"Kita tinggal cari aja di panti yang punya golongan darah kayak aku."
"No..aku maunya murni darah kamu."
"Lena...aku ngga mau kalau harus.."
"Ngga sayang, teknologi udah canggih, kamu ngga harus tidur sama dia. Gimana? Kamu mau ya?."
"Kalau itu mau kamu, ya udah!."
"Yes!!."
"Sampai sekarang aku masih ngga habis pikir sama jalan pikiran kamu. Kalau aja ini ngga terjadi, aku ngga akan punya tanggung jawab atas nama kamu."
Gumam Zee."Zee, lihat anak kita. Dia tumbuh lewat di dalam perut Marsha. Wah, jadi ngga sabar ketemu dia!."
"Kamu se seneng itu?."