Sejak hari dimana Marsha di bully oleh geng Ashel, Zee diam diam terus memperhatikan Marsha. Takut terjadi hal serupa yang menimpa gadis itu. Bukan karena Zee mulai menyukai Marsha sehingga memastikan Marsha baik baik saja, tapi dia tidak tega gadis sebaik Marsha harus menerima kekejaman Ashel dkk.
"Ngapain liatin kelas itu terus? Ada yang lo tungguin?."
Tanya Christian yang duduk di sebelah Zee.Keduanya duduk di bangku kantin yang mengarah langsung ke kelas Marsha hari itu.
"Gapapa. Liat kelas aja."
"Liatin apa liatin? Atau...mantau? Itu kan kelas Marsha."
"Ya kan itu tepat di depan kita, masa gue liat atas mulu."
Zee lama lama ingin menukar teman karena Christian ini lama lama rese soalnya."Udah sih, ngaku aja. Gue tau kok lo mulai peduli sama Marsha sejak tau dia kena bully Ashel."
Christian tanpa di beritahu pun sudah tahu bahwa hari itu Zee menjadi penyelamat Marsha saat melihat Marsha pulang mengenakan sweater milik Zee. Entah apa yang terjadi tapi Christian menyimpulkan bahwa Marsha baru saja mendapatkan pembelajaran dari Ashel dkk karena melihat celana Marsha sedikit basah lalu rambut nya berantakan.
"Apasih! Diem deh."
Tak lama kelas Marsha pun bubar. Zee gercep melihat kearah krumunan mahasiswa/i yang keluar dari sana.
"Noh, Marsha. Ngga lu samperin?."
"Paan sih! Diem atau lo gue suruh bayarin semuanya."
"Ck! Beraninya ngancem."
"Ya lo ngeselin."
"Tapi ngangenin, iya kan?."
"Bodo amat! Gue mau ke kelas duluan. Besok kasih tahu gue bayar berapa semua ini biar gue ganti gue buru buru soalnya ngga sempet ke kasir."
Zee lekas berdiri lalu pergi. Christian yang di perlakukan seperti itu hanya tertawa kecil lalu pergi ke stand makanan untuk membayar semuanya dahulu.
Sebenarnya Zee tidaklah pergi ke kelasnya, dia justru pergi ke parkiran mobil karena memang dia sudah tidak ada kelas lagi. Soal tadi dia pamitan pada Christian itu hanya bohong belaka. Aslinya dia hanya menunggu Marsha selesai kelas aja.
"Kok ngga kelihatan ya?."
Gumam Zee. Dia sudah duduk di kemudi namun tak melihat sosok Marsha."Cepetan ngga! Jalan kek siput!."
Bentak Jessi."Kalian mau bawa gue kemana lagi hah! Ngga puas udah bully gue tiga hari lalu!!."
Balas Marsha tak kalah garang."Udah diem! Masuk cepet!."
Olla mendorong Marsha masuk ke dalam mobil.Firasat Zee benar. Meski hampir 3 hari Marsha aman, tapi Ashel dkk tetap kembali melanjutkan aksinya membully Marsha. Beruntung Zee melihatnya dan diam diam mengikuti mobil Ashel dkk pergi dari area kampus.
"Kalian bener bener ya, setelah gue kemarin diem aja, kali ini pasti gue akan laporin kalian ke dosen atau bahkan pihak kampus sekalian! Gue ngga terima di giniin."
"Kita ngga takut! Mau lo laporin kita ke polisi sekalipun kita ngga bakal gentar."
Jawab Jessi."Oh, itu karena papa pawangnya kalian jendral polisi itu ya? Hahahaha. Beraninya berlindung di bawah kekuasaan."
Ujar Marsha sedikit meledek. Usut punya usut Marsha sudah mencari tahu seluk beluk ketiga orang yang menganggunya ini. Dia tahu siapa kedua orang tua Ashel yang seorang jendral polisi, Jessi yang dari keluarga berada dan Olla juga dari keluarga yang cukup di kenal orang. Intinya backingan mereka cukup mampu untuk menutup mulut dan mata setiap orang yang mencoba mengusik atau menganggu kehidupan mereka.