Guardian Angels

2.7K 221 16
                                    

"Sha, ayo kita pulang. Bentar lagi hujan."
Bujuk seorang laki laki.

"Gak!! Aku ngga mau pulang! Mereka disini aku juga harus disini."
Kekeh gadis yang di bujuk pulang.

"Tapi, rumah kamu bukan disini. Ayo aku anter kamu pulang."
Ucapnya merangkul bahu gadis itu.

"Lepas!! Aku ngga mau pulang! Rumah ku sekarang disini."

Zee. Atau Azizi Putra Pertama nama lengkapnya, terus membujuk gadis bernama Marsha lenathea untuk segera pulang ke rumah. Sudah dua jam lamanya semenjak mereka tiba disana namun gadis itu belum juga mau di bujuk pulang. Padahal mendung ketara terlihat, tapi gadis itu kekeh untuk tetap disana.

Mereka bersimpuh di atas tanah dan di samping kanan dan kiri mereka terdapat tiga makam yang masih basah. Ya, mereka saat ini berada di sebuah pemakaman umum.

Itu makam dari kedua orang tua serta kaka perempuan satu satunya dari Marsha yang tewas akibat kecelakaan lima hari yang lalu.

Marsha sebenarnya juga ikut menjadi korban kecelakaan itu, Namum Tuhan lebih sayang padanya sehingga dia masih di berikan kesempatan hidup meski dengan beberapa luka di tubuhnya. Dia berhasil selamat setelah tidak sadarkan diri selama tiga hari di sebuah rumah sakit di Jakarta.

Dan selama dia di rawat, dia di temani sahabat dekatnya yang bernama Zee serta keluarga Zee yang memang begitu dekat dengan kedua orang tua Marsha.

Kecelakaan maut itu telah mengambil nyawa kedua orang tua serta kaka perempuan Marsha.
Saat itu Marsha dan keluarga nya akan berlibur ke puncak, Bogor. Memang di setiap akhir pekan, jalan menuju puncak pastilah ramai, padat dan juga macet. Pada saat itu dari arah berlawanan ada sebuah truk yang melaju dengan kencang tak terkendali, truk itu pun menabrak mobil milik keluarga Marsha dan beberapa mobil lainnya yang melaju dengan kecepatan sedang akibat macet sehingga mengakibatkan kecelakaan dan memakan banyak korban termasuk keluarga Marsha yang berjumlah tiga orang yang langsung tewas di tkp.

Zee yang paham betul tentang apa yang di rasakan oleh sahabatnya, itu tak pernah sekalipun meninggalkan Marsha dalam kesendirian nya. Dia berjanji akan selalu ada bersama Marsha. Bahkan dia rela tidur di rumah sakit demi menemani Marsha yang belum sadarkan diri pasca oprasi beberapa hari yang lalu.

"Sha...ayo pulang."
Ajak Zee kesekian kalinya. Dia lelah, tapi demi Marsha dia harus kuat.

"Aku ngga mau pulang, rumah ku disini."
Jawab Marsha dengan suaranya yang lemah.

Zee merangkul bahu Marsha.

"Kita pulang dulu ya? Besok kesini lagi."
Bujuk Zee.

"Ngga mau."

"Marsha."

"Aku ngga mau, Zee! Kamu denger ngga sih!! Kalau kamu mau pulang! Pulang aja! Aku masih mau disini!!."

Zee menutup matanya saat Marsha membentaknya. Ini kali pertama Marsha mengeluarkan suaranya yang keras. Biasanya dia mengeluarkan suara imut yang selalu berhasil membuat Zee gemas.

"Marsha, kamu jangan begini. Nanti mereka sedih lihat kamu begini. Kamu harus ikhlaskan mereka. Mereka sudah bersama Tuhan sekarang."

Marsha terus menangis. Kedua tangannya yang telah kotor akibat memeluk gundukan tanah itu dia abaikan. Rasa kehilangan yang begitu dalam membuat Marsha hilang akal. Dia yang baru keluar dari rumah sakit dan belum lama telah menjalani oprasi pada kakinya yang luka pun tak merasakan sakitnya. Dia hanya merasa kehilangan yang teramat besar dalam hidupnya.

"Zee, aku sendirian sekarang. Aku ngga punya siapa siapa lagi di dunia ini. Mereka pergi meninggalkan aku. Mereka jahat Zee."

Zee memeluk Marsha. Memberikan dukungan lewat usapan lembut di punggung Marsha yang terus bergetar.

"Sha, kamu ngga akan sendirian. Masih ada aku, ada mamaku,papaku. Mereka keluarga kamu juga. Kamu jangan takut sendirian. Masih ada kami."

"Aku ngga mau di tinggal. Aku mau ikut mereka."

Marsha mencoba berdiri. Dengan satu kaki yang masih di balut perban itu Marsha mencoba berdiri.

"Sha!! Kamu mau kemana?."
Zee ikut berdiri.

"Aku mau bunuh diri! Ngga ada gunanya aku hidup! Aku hanya akan merepotkan kamu dan banyak orang! Buat apa aku hidup kalau aku hanya akan merepotkan!. Lebih baik aku akhiri semua nya."

"Sha, jangan gila kamu. Tuhan kasih kamu kesempatan hidup bukan untuk kamu sia siakan begini. Pasti ada alasannya. Dan kamu ngga boleh berfikir untuk mengakhiri hidup kamu."

"Aku memang gila!! Tuhan tidak pernah sayang sama aku, jika tuhan sayang, maka dia tidak akan pernah ambil keluargaku!."

"Tuhan sayang pada setiap hamba-nya, dan kamu hanya tengah di uji sama Tuhan. Kamu harus bisa lewati ujian ini."

"Aku ngga bisa!! Tanpa mama, papa dan kakaku aku ngga bisa!!."

"Marsha."

"Stop!!. Aku ngga mau denger lagi kata kata kamu."

Marsha memunggungi Zee. Baru satu langkah menjauhi Zee, kakinya tersandung batu. Marsha pun terjatuh di atas tanah yang basah.

"Sha!!."

"Kamu gapapa?."
Panik Zee. Baju Marsha yang semula basah kini bercampur lumpur.

"Sha..."

Zee panik karena Marsha hanya terdiam saja.

"Zee, aku lupa. Selain Tuhan telah mengambil keluargaku, Tuhan juga telah mengambil salah satu panca indra ku, Zee. Aku lupa bahwa sekarang aku benar benar tidak bisa melihat."












....

Jeng jeng jeng...

Saya datang kembali dengan cerita baruuu..

Ini sedikit aja dulu ya, soalnya saya mengantuk tiba tiba 🤭🤭

Cerita ini mungkin juga akan ada beberapa part gitu, jadi...

Tungguin yaaa...😉😉

Buat yang nanya part sebelum ini lanjut atau tidak, jawabnya tidak ya. Saya tidak berniat melanjutkan nya dan membiarkan cerita itu menggantung aja 😅😅








One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang