Survive

1.4K 183 17
                                        

Menjadi single parent tidak pernah terbayangkan dalam hidup seorang Marsha lenathea. Dirinya yang lahir dari keluarga harmonis selalu mendambakan kehidupan seperti kedua orang tuanya yang hingga lanjut usia masih hidup bersama di kala suka dan duka.

Tapi mungkin jalan hidupnya berbeda dengan apa yang dia inginkan. Mungkin seperti itulah kehidupan yang harus Marsha jalani. Tidak sesuai apa harapannya, tapi sebisa mungkin sejalan dengan apa yang dia mau.

Sebagai bukti, tentu tentang perceraian dirinya dengan sang suami.

Ralat, mereka belum resmi bercerai. Hanya saja Marsha baru menggugat suaminya dengan lisannya, bukan dengan tersurat. Jadi, ada kemungkinan mereka bisa kembali bersama jika salah satu dari mereka mau mengalah. Itu pun jika mereka mau menurunkan ego masing-masing.

Terlanjur kesal dan kecewa pada Azizi selaku suami yang telah hidup bersamanya hampir 16 tahun itu, membuat Marsha berencana untuk menceraikan Zee. Bukan karena orang ketiga, bukan karena finansial atau banyak sebab sebuah perceraian lainnya, ini hanya sebatas adu ego besar yang membuat mereka saling adu mulut dan berakhir berpisah rumah hingga satu minggu lamanya ini.

Kedua belah pihak keluarga sudah mendiskusikan ini bersama dengan Marsha dan Zee beberapa hari lalu, tapi..lagi lagi mereka tidak mau mengalah. Pada akhirnya kedua orang tua mereka hanya bisa memasrahkan semuanya pada kedua anak mereka yang sudah tidak muda lagi.

Sampai minggu pertama setelah diskusi itu, Marsha masih berada di luar kota dengan putri semata wayang nya. Libur sekolah sang anak hampir selesai, namun Marsha sepertinya enggan kembali ke rumah yang di dalamnya masih ada Zee yang menepati.

Gracie menatap Marsha sesekali untuk memastikan mood sang ibu tengah dalam mode yang baik. Setelah mengamati beberapa menit, kemudian anak itu menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya secara perlahan.

"Maaa, Senin depan Grec masuk sekolah, Mama ngga berencana pulang ?."
Tanya Gracie pada sang ibu. Setelah bertanya, anak itu pun menunduk takut. Dia pernah bertanya demikian lalu Marsha justru memarahinya.

"Grec, kalau kamu pindah sekolah kesini kamu mau ngga?."
Ucap Marsha enteng tanpa mau membawa pertanyaan anaknya sebelumnya.

"Maaaa....Grec ngga mau pindah sekolah. Mau tetep di sekolah yang sekarang aja. Aku ngga mau ngulang lagi."
Rengek anak itu. Dia lelah memohon pada Marsha untuk tidak memindahkan dirinya ke sini.

Saat Gracie meminta pulang, Marsha selalu bertanya akan hal itu. Sebanyak Gracie bertanya, sebanyak itu juga Marsha mengatakan akan memindahkan anaknya ke sekolah di mana mereka tengah berlibur hanya berdua.

"Tau ah! Aku kesel!."
Setelah menghentakkan kakinya kesal, Gracie meninggalkan Marsha sendiri di balkon hotel.

"Hah. Mama belum mau pulang. Mama masih belum mau liat wajah papa kamu. Maafin mama, Gracie."
Gumam Marsha lirih.

..

Di lain tempat ada Zee yang tengah menarik kopernya sendiri sedangkan sang adik berjalan di belakangnya sambil terus mengomel tidak jelas karena merasa di tinggal oleh kakanya sejak mereka turun dari pesawat.

"Azizi!! Jalan nya bisa pelan aja tidak? Saya cape!."
Teriak Christy, adik Zee yang paling kecil.

"Ck! Tinggal jalan aja napa sih!."
Jawab Zee cuek.

"Bener bener!."

"Selamat siang, dengan mas Zee dan mba Christy?."
Tanya seorang pria dengan seragam jas rapi.

"Iya...pak Anjas ya?."
Tanya Zee.

"Betul, saya yang akan menemani mas Zee dan mba Christy selama liburan di Jogja. Mari ikut saya."

One shoot (ZeeSha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang