9 Bulan kemudian.
Ting!
"Marsha.."
"Lena.."
"Kamu lagi apa? Sini aku bantu."
Lena pun membantu Marsha membereskan meja yang telah di pakai pelanggan.
"Makasih ya?."
"Jangan terimakasih mulu deh."
Marsha membuntuti Lena menuju dapur.
"Kerjaan udah beres kamu bisa mampir kesini?."
"Iya. Aku juga beliin kamu susu lagi. Aku taruh mana?."
"Sini aja."
Marsha menunjuk meja di dapur."Gimana? Susu rasa coklat kemarin enak ngga?."
"Lumayan dari pada yang madu."
"Bagus deh kalau kamu suka. Aku beli yang stroberi loh."
"Makasih ya?."
"Itu udah jadi kewajiban aku. Demi anak aku."
Lena mengusap perut buncit Marsha."Iya, anak kamu."
Marsha tersenyum pada Lena.
Pada akhirnya Marsha setuju untuk hamil anak dari sahabatnya. Dengan iming iming di biayai sekolah Gracie hingga kuliah nanti, Marsha rela mengorbankan nyawanya.
Bukan masalah uang, seribu persen pun Marsha masih bisa menyekolahkan anaknya sampai kuliah. Ini balik lagi ke jiwa ke perempuan nya. Jika dia tidak mau, temannya akan mengalami masalah lainnya.
Setelah berdebat selama tiga bulan, Marsha memutuskan untuk mengambil tawaran itu. Bukan demi uang, bukan demi Gracie, tapi demi nyawa sahabatnya.
Dia tahu Lena dalam masalah jika belum juga hamil. Apalagi tingkat stres sahabatnya sudah akut sehingga bisa kapan saja Lena mengakhiri hidup nya.
Berbekal pengalaman hamil anaknya, Marsha akan berusaha menjaga bayi mahal itu. Di usia kehamilan ke 6 bulan ini, Marsha belum mengalami masalah serius. Masih berjalan normal dan juga perhatian dari Lena serta zee juga berlimpah. Mereka jadi sering bertemu, terkadang piknik bersama, makan malam bersama dan masih banyak lagi yang mereka lakukan bersama.
Kedekatan mereka semakin hari semakin erat saja.
"Aku pengen cepet liat dia."
Ungkap Lena yang masih setia mengusap perut Marsha. Keduanya sudah duduk santai di sofa ruang tamu rumah Marsha."Bentar lagi, kurang lebih tiga bulan."
Jawab Marsha."Gimana rasanya? Sakit?."
"Ngga juga. Aku biasa biasa aja. Cuma kadang anak kamu aktif, jadi aku harus sering duduk biat ngga cape."
Ungkap Marsha."Sayang, jangan susahin tante Marsha dong, dede harus tenang di dalam. Kasian tante."
Ujar Lena lembut.Sedikit miris karena Lena menyebut Marsha dengan sebutan tante bukannya mama.
"Dia pasti denger, buktinya dia tenang."
Ujar Marsha yang merasakan bayi di dalam perutnya tidak se aktif tadi."Oh ya? Tadi dia gerak gerak?."
"He'em. Sini deh."
Marsha mengarah kan tangan Lena menuju tempat dimana bayinya bergerak gerak.
"Dia kangen kamu."
Lena tersentuh dengan perkataan Marsha.
"Aku juga kangen dia. Sayang, mama juga kangen kamu."
"Dia udah 6 bulan lebih, mau 7 juga kan. Kamu udah siapin nama?."
