Zee keluar dari ruangan Atin setelah hampir setengah jam di ceramahi dokter anak tersebut. Meski tak ada satupun yang masuk ke telinganya, Zee tetap mengerti betapa peduli temannya itu pada nasibnya yang naas.
Perlahan tapi pasti langkah Zee membawanya kembali ke ruangan dimana Michi di rawat. Disana sudah tidak ada lagi sosok Adel melainkan Cindy dan Jinan. Sekuat tenaga Zee mencoba mengumpulkan nyalinya untuk masuk kedalam.
Tok
Tok
Ceklek
"Papi!!."
Kemunculan Zee disana di sambut baik oleh Michi. Jinan dan Cindy hanya bisa tersenyum melihat Michi begitu bahagia bisa berjumpa dengan Zee.
"Anak Papi kenapa? Sakit?."
Ujar Zee sambil memeluk Michi."Kangen Papi."
Jawab Michi."Papi juga. Kangen banget sama kamu. Maafin Papi ya udah jarang ketemu kamu."
"Kenapa sih setiap ketemu aku Papi selalu minta maaf? Papi engga pernah salah kok."
Kini air mata Zee yang tadi sempat kering keluar lagi karena usapan lembut Michi di punggungnya.
"Jangan sedih Papi, aku engga apa apa kok."
"Papi banyak salah sama kamu, maafin Papi."
"Aku selalu maafin Papi."
Setelah kama berpelukan Michi pun menarik dirinya karena ingin melihat wajah Zee.
"Udah ya Papi jangan sedih-sedih."
Katanya sambil mengusap air mata Zee."Iya...sebentar ya?."
Zee mencoba mengatur nafasnya agar lebih tenang.
"Zee.."
Zee menoleh saat Cindy memanggilnya.
"Eh Mama, Papa."
Zee baru sempat menyapa kedua orang tua Marsha itu.
"Apa kabar?."
Tanya Jinan setelah Zee bersalaman."Baik, Pa. Papa sama Mama apa kabar?."
"Kita sehat Zee."
Jawab Cindy."Kamu kok tau Michi di rawat?. Marsha udah kasih tau kamu?."
Tanya Jinan."Engga, Pa. Zee tau dari temen justru. Maaf banget Zee jadi keliatan engga berguna banget sebagai Papi nya Michi. Maaf banget telat tau kalau Michi sakit. Maafin Zee Pa, Ma."
"Zee, bukan salah kamu kok."
Kata Cindy mengusab bahu Zee."Tuh, Papi engga salah. Aku tau Papi kerja tolong orang sakit. Mana bisa aku marah."
Ucap Michi."Iya iya sayang. Pinter banget sih. Oh ya, mana yang sakit coba Papi periksa."
Zee pura-pura mengecek keadaan anaknya. Dia memang dokter di luar tapi jika sudah bertemu anak dirinya hanyalah seorang laki laki yang ingin menjadi Papi yang baik untuk anaknya.
Dia selalu berhasil menolong semua pasiennya, tapi dirinya selalu merasa gagal jika sudah berhadapan dengan putrinya. Merasa gagal menjadi sosok yang berharga untuk putrinya.
"Wah udah baik semua, bakal cepet pulang ini."
Kata Zee setelah mengecek keadaan Michi yang memang sudah cukup sehat."Beneran Dok? Sekarang kalau aku mau pulang boleh dong?."
"Tentunya. Tapi nunggu Dokter Atin periksa ya?."
"Dokter yang tinggi itu?."
"Iya. Dokter Atin namanya."