71, Inside You [17+]

251 49 121
                                    

MEREKA menikmati pagi menjelang siang dengan berjalan santai ke pasar. Pesanan Rey yang Non beli hanya sedikit. Hanya satu kantong kresek yang Tristan jinjing ketika kembali ke flat.

Beberapa kali Tristan melongok seperti mencoba memergoki orang. Namun orang itu tidak ada.

"Lu kenapa sih?" Non bertanya ketika mereka akan menyeberang.

"Nggak. Nggak ada apa-apa. Namanya mau nyebrang ya tengok kiri kanan lah."

"Gue nggak bego ya, Trist." Dia melirik sinis lelakinya.

Tristan terkekeh lepas sambil merangkul bahu Non.

"Yakin banget itu mah."

"Ya ada apaan?"

Namun Tristan tetap diam sampai mereka kembali berada di flat.

"Trist, kata Teteh ada uang di laci lemari buat belanja, tapi nggak usah lah ya. Nggak banyak kok," ujar Non sambil memindahkan isi kresek ke freezer.

"Iya. Nggak usah."

Non tersenyum. Harga diri lelaki ini sangat tinggi. Dia tidak pernah membiarkan Non mengeluarkan uangnya apalagi sekarang ketika mereka sudah sah menikah. Termasuk tadi ketika berbelanja. Tangannya sangat cepat membayar.

Lamunan Non terganggu pelukan di pinggang dan kecupan-kecupan kecil di leher yang membuatnya menahan napas dengan hati berdesir. Mendadak tangannya melemah.

"Begini aja nggak apa-apa kan?" Kenapa getar bisikan itu malah membuat kakinya lebih kehilangan tenaga? "Actually, gue juga belum siap lebih jauh lagi. Tapi gue suka grepe-grepe lu."

And I love when you're touching me like this, desah Non dalam hati.

Sebuah desah keluar dari bibir Non tanpa bisa ditahan ketika kecupan panjang bertahan di lekuk lehernya. Tangannya sudah mencengkeram tepi counter. Terlebih ketika dia merasakan ada yang mengganjal menggesek di bagian belakang tubuhnya. Tubuhnya tersentak saat tangan lelakinya menjelajah lebih ke atas dan meremas di sana. Bibirnya yang membuka menyambut pasangannya dan bergumul di sana. Terus begitu sampai mereka kehabisan napas.

"Astaga, Nona...." Tristan mengerang berbisik sambil menyatukan dahi mereka. Non tidak bisa berucap satu kata pun. Terlalu melayang. "Gila!"

"Hhmm...." Hanya gumam yang bisa dia keluarkan untuk mengiyakan.

"Untung sudah halal."

Lalu apa yang menahan mereka? Pemikiran itu membuat Tristan lebih cepat sadar dan kembali ke bumi.

"Roxy kayaknya sudah buka deh jam segini."

"Hah? Roxy?" Non masih di awan.

"Cari HP." Tristan langsung mundur dan merapikan hem yang Non pakai. Tidak ada kancing terbuka. Haruskah disyukuri? Bahkan sampai mereka bercinta pun Langit mengizinkan. "Ayo ah. Kalau nggak beneran jebol nih."

Tapi laju Tristan tertahan pelukan Non. Membuat Tristan membeku.

"Makasih ya, Trist."

Terima kasih untuk pengertianmu.

Dia terus memeluk suaminya. Erat. Rapat tanpa jeda.

Tidak.

Tidak semudah itu mengganti isi kepalanya.

Bukan alasan yang semalam yang membuatnya meragu. Dia masih merasa dirinya tidak layak bersama Tristan. Hatinya sungguh terbelah. Dia ingin memberi waktu untuk Tristan berpikir ulang tentang hubungan ini, tapi di sisi lain dia pun sangat menikmati kedekatan mereka yang semakin intens.

Jendela Hari [End, Full]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang