TRISTAN sungguh-sungguh menyuruh Non ke kampus. Pagi itu, bahkan subuh pun belum datang, Tristan yang masih dalam mode tidak mau dibantah membuat Non jengkel.
"Gila apa ya aku ninggalin kamu sendirian di sini!"
"Aku sudah nggak apa-apa, Nona."
"Kamu belum bisa banyak gerak."
"Ya memang aku mau ngapain sih?"
"Kalau mau ke kamar mandi gimana?"
"Aduh, Non. Kalau cuma buang air aku bisa lah. Jangan lebay. Penyakit jangan terlalu diturutin, nanti makin menye-menye aku."
"Ya tapi jangan sekarang lah. Nanti aja kalau sudah keluar dari rumah sakit."
"Nona, aku bilang hari ini kamu kuliah, ya kuliah."
"Ini jam berapa, Tristan.... Aku nggak keburu kejar kuliah pagi. Buku-buku juga di rumah."
"Ya kalau gitu kuliah siang aja. Yang penting jangan kebanyakan bolos."
"Kamu tuh kayak yang nggak pernah bolos aja."
"Aku dulu bolos beneran nggak bisa kuliah. Siapa yang urus Trisha?"
"Ah!"
"Non, aku capek ya maksa kamu begini."
"Nah itu artinya kamu belum sehat."
"Aku memang belum sehat makanya masih di rumah sakit. Tapi aku sudah bisa ditinggal. Ke kampus sana."
"Nggak!"
"Nona...."
"Semalam kamu suruh ke kasir kan? Jam segini mana buka."
"Nanti aku aja yang ke kasir."
"Ih!"
Sampai akhirnya Non mengalah. Jengkel, dia pergi saat itu juga. Bahkan Tristan belum makan pagi. Tentu saja. Ini masih gelap. Pun begitu, dia yakin tidak bisa mengejar kuliah pagi. Dia singgah di rumah Bunda menyiapkan semuanya sambil menggerutu dan menahan isak.
"Non...." Bunda berdiri di ambang pintu. "Kamu kenapa, Nak? Kalian ribut?" Melihat Non tergesa, wanita paruh baya itu tidak ingin membuang waktu. Dia berjalan ke arah Non, duduk di ranjang dan menekuri wajah sendu anak angkatnya.
Melihat wajah teduh itu, Non langsung merengsek memeluk dan menangis di sana.
"Non nggak mau kuliah dulu, tapi Tristan paksa terus. Dia masih sakit, Bund."
Mendengar itu, Bunda lebih tenang. Hanya urusan sayang tapi egois saja.
"Ngertiin dia dulu ya, Non. Dia lagi kacau banget."
"Makanya Non nggak mau tinggalin dia. Tapi dia tuh kayak ngusir semua orang. Kemarin dia usir yang lain. Non diam aja. Tapi tadi subuh dia usir Non juga. Maksudnya apa?"
"Kasih dia waktu untuk sendiri. Mungkin dia butuh itu."
"Lalu apa gunanya punya istri kalau ada masalah dia malah mau sendirian aja?"
"Nona, pernikahan tidak membuat dua individu langsung hilang karena melebur dalam rumah tangga. Kamu harus kasih waktu dia untuk tetap jadi pribadinya sendiri. Kasih dia me time seperti yang biasa istri-istri zaman now tuntut dari suaminya. Karena cowok juga butuh itu."
"Aku kasih kok. Dia bebas mau ngapain juga, tapi jangan sekarang."
"Tapi dia butuhnya sekarang. Kamu jangan merasa nggak dibutuhkan kalau dia begini s-e-k-a-r-a-n-g, di saat kamu merasa dia butuh kamu. Itu egois tapi bisa bikin kamu insecure. Tunjukin kamu ngerti dia dengan kasih dia space di saat dia butuh dan kamu nggak perlu insecure."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Hari [End, Full]
RomanceNONA binti Fulanah merasa neraka hidupnya berubah menjadi surga ketika Fabian Samudra menjadikannya adik angkat dan membiayai sekolahnya. Dia tinggal bersama dua belas saudara angkatnya di rumah kayu berbentuk panggung di lereng gunung, replika ruma...