93, Forgiven Not Forgotten

167 48 66
                                    

MATAHARI menjelang sore masih sangat terang meski cahayanya tidak seterik tadi. Langit cerah dengan beberapa jumput awan putih yang tidak berhasil meneduhkan hari. Angin yang berembus membuat wajah-wajah lelah itu terpaksa menahan kantuk. Pohon-pohon peneduh membuat area itu semakin nyaman. Pohon yang menjadi rumah bagi banyak burung-burung liar yang terlihat beterbangan di sekitar mereka. Suaranya membuat alam semakin terlihat ramah.

Di sanalah mereka menunggu. Di sebuah pemakaman umum berkelas yang mereka capai lebih dulu daripada jenazah. Pemakaman ini terlalu indah sehingga bisa disebut taman. Meski begitu tetap saja mereka menunggu dalam diam. Terlebih Tristan. Kediaman yang membuat yang lain tak berani mengusiknya. Tak ada yang tahu diam itu untuk apa. Luka atau duka? Luka badan atau luka hati? Namun sepertinya mereka harus mencoret duka dari alasan diamnya itu. Tenda mewah dan jajaran kursi sudah siap di depan sebuah liang lahat. Mereka bisa saja duduk menunggu di sana, Namun ketika Tristan memilih berlindung di bawah pohon alih-alih di bawah tenda, yang lain terpaksa ikut menunggu di sana mengabaikan kenyamanan duduk di kursi yang berjajar rapi itu.

Namun itu tak lama. Tak sampai tiga puluh menit, mereka mendapat info bahwa rombongan sudah melewati gerbang masuk. Menunggu sesaat lagi, akhirnya mereka melihat iring-iringan mobil jenazah mendekat. Bersamaan dengan petugas mengurus keranda, Ari mengarahkan semua bergerak mendekat. Tristan menunjuk sudut di belakang tenda, tapi lagi-lagi Ari tanpa mau dibantah mendorong kursi roda ke arah depan. Tepat di depan liang, Dua orang petugas atas arahan telunjuk Seto menarik dua buah kursi untuk menyelipkan kursi roda Tristan di sana. Tristan terpaksa duduk di kursi roda di deret paling depan.

Prosesi dimulai.

Tristan lebih banyak menunduk. Kalau pun wajahnya terangkat, dia mengosongkan pandangannya. Dia hanya robot yang terpaksa ada di sana sebagai pelengkap penderita.

Meski berjarak, ibunya yang duduk di sampingnya lebih bisa menampilkan wajah berduka. Sambil mengangkat tangan ketika doa dibacakan, sesekali wanita cantik dan anggun itu menyusut hidungnya entah untuk apa. Teman-temannya berdiri di belakang Tristan termasuk Non yang berdiri tepat di belakang kursi roda. Jasad ayahnya sudah hilang terkubur di balik tanah.

Nisan sudah ditancapkan. Petugas membantu mendorong kursi roda yang dipakai Tristan lebih ke depan untuk prosesi tabur bunga. Dia mengambil jumput pertama dan menaburkannya sepanjang jangkauan tangannya saja dengan sebelah tangan memegang bekas luka di perut. Orang yang melihatnya makin terenyuh sementara dia memanfaatkan sakitnya agar tidak perlu banyak bergerak menabur lebih luas. Lalu jumput kedua dan seterusnya sampai isi keranjang kosong berpindah di atas gundukan tanah.

Dia menolak ketika diminta sedikit memberikan kata perpisahan. Dengan alasan sakit, semua memaklumi kondisinya. Microphone beralih ke ibunya, dan dia semakin ingin lari dari tempat itu ketika ibunya berucap kata indah penuh penyesalan atas kepergian suaminya yang sangat mendadak. Beberapa kali dia sungguh-sungguh menahan mual sambil memegang perut dan menutup mulut dengan telapaknya. Membuat Non bergegas bertanya kondisinya yang hanya dia jawab dengan gerakan kepala saja.

Bisik-bisik di belakang membuat dia makin jengah. Orang-orang itu menganggap kondisinya akibat terlalu berduka. Sudahlah sakit, lalu ditinggal mati ayah pula.

Sepanjang prosesi, Tristan menutup rapat wajahnya dengan masker medis dan kacamata hitam. Tak ada yang terbaca dari wajah itu pun ketika pelayat bergantian menyalaminya mengucapkan turut berbelasungkawa.

Senja makin jauh meninggalkan hari. Matahari makin kehilangan sinarnya. Sore dengan keredupannya membuat nuansa duka semakin syahdu mengental di sana. Daun-daun jatuh ditiup angin sore yang lemah. Seakan alam mengucapkan selamat jalan pada jasad-jasad yang dipeluk bumi dan pada ruh-ruh yang melayang melihat jasadnya tertimbun tanah.

Jendela Hari [End, Full]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang