75, Selimut di Jendela

150 48 92
                                    

Sesuai janjiku padamu, Aa 2k, update bab hari ini. Tapi telat karena habis ambil rapot Icha. 

Oh iya, kemarin saya bablas publish bab ini tapi langsung saya unpub. Yang terima notif tapi nggak bisa dibuka, ya begitu deh. 😄😄😄

Happy reading...

***

DI rumah Rey, Tristan sudah seperti orang gila. Dia sudah melaporkan pada polisi tapi laporan kehilangan tidak bisa diproses sebelum 24 jam. Dia sudah meminta sekolah membuka CCTV tapi hanya terlihat dua wanitanya berjalan bergandengan melewati gerbang sampai mereka tidak tertangkap kamera lagi.

Di rumah itu hanya ada Dewa dan Seto. Ando, Ari, dan Angkasa sedang tersebar di luar kota dan luar negeri. Fabian dan Rey di ujung sambungan hanya bisa menunggu kabar. Tristan tidak berhenti memaki dirinya sendiri yang meminta Non menjemput Trisha.

Di ruang tengah mereka semua berkumpul. Nia tidak berhenti menyusut air mata.

"HP Non masih mati." Suara Nia mencicit.

Sebagai center, Tristan duduk di sofa. Tangannya menarik keras rambut dengan siku bersandar di lutut yang terbuka lebar. Sudah berkali-kali dia mengamuk panik dan ketakutan. Saat ini bisa dibilang dia cukup tenang, tapi ketenangan itu tentu tidak akan bertahan lama. Dia hanya mengumpulkan tenaga saja.

***

Rasa haus membuat Non melirik kantong kresek di ranjang. Namun begitu dia ingin membuka penutupnya, Non langsung berjengit. Sudah tidak tersegel. Mengabaikan rasa haus, dia tak jadi minum. Entah apa yang sudah mereka masukkan ke dalam botol itu.

Dia harus bisa menghubungi Tristan. Seandainya ponsel lamanya masih ada, tanpa SIM card, dia bisa menghubungi nomor darurat. Tapi ponsel itu hilang, hanya ada ponsel barunya yang mati.

Dia membongkar laci-laci yang ada di sana. Dan dia ingin menangis ketika menemukan charger. Dengan tangan bergetar dia mencoba mengisi daya ponsel.

Thanks God! It's work.

Menunggu beberapa saat sampai ponsel dapat dinyalakan, dia mengganjal pintu dengan kursi. Mungkin tidak berguna tapi paling tidak bisa mengulur waktu. Dia juga mengambil selimut lalu menggantungnya selebar mungkin di sisi luar jendela. Begitu ponsel bisa menyala, dia langsung menekan ikon share location.

.

TING

.

"TRISTAN!" Nia tersaruk benar-benar jatuh ketika berusaha secepat mungkin ke arah Tristan. Akhirnya dia melempar ponsel Tristan ke sofa di samping Tristan. "Non share loc."

Bergetar, Tristan langsung meraih ponsel itu. Pesan masuk berderet. Tiga yang lain berhimpitan ikut membaca.

.

Non : Nggak tau di mana.

Non : Gelap

Non : Di luar

Non : Di tengah ilalang.

Non : Kayaknya.

Non : Lantai 2 atau 3.

Non : Nggak tau

Non : Gue gantung selimut di jendela.

Non : Tempat gue dikurung

Non : Lowbat.

Non : Gue akan matiin data.

Non : Mati suara

Non : Mati getar

Non : Nggak tau tahan berapa lama.

.

Jendela Hari [End, Full]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang