"SEKARANG, biar gue bikin lu melayang dulu tanpa kita perlu lepas celana. Oke?"
Tanpa sadar Non mengangguk. Lalu Tristan langsung kembali sibuk. Non langsung tersentak ketika merasakan ada kulit yang langsung menyentuh area sensitifnya.
"Non, lu sudah siap banget." Tristan pun terpesona merasakan kehangatan itu. Non hanya bisa menggigit bibirnya demi menjaga tidak ada lagi suara yang keluar dari celah bibir di wajahnya. Tapi sumpah, itu sangat sulit ketika jemari Tristan terus menggodanya. Godaan yang membuatnya gelisah dan semakin gelisah. Tak hanya tangan, dia merasa seluruh tubuh lelakinya bergerak menggodanya.
Sampai dia merasa semakin mendaki tinggi dan jemari itu menggodanya semakin intens.
Di satu titik yang dipenuhi kabut dia merasa tidak sanggup lagi bertahan. Dalam satu erangan panjang dia meluncur tapi melayang semakin tinggi tatkala godaan itu semakin menggelitik raganya.
Tristan begitu asyik melihat perubahan-perubahan gadisnya. Gairahnya terbakar membuatnya nyaris meledak saat itu juga. Di saat bersamaan dia terus melayani istrinya dan berjuang bertahan dari serangan gairah dirinya sendiri.
Non akhirnya sampai setelah melayang begitu tinggi. Ini pengalaman pertamanya. Dia jatuh berdebam dan Tristan langsung menyambutnya. Menemani perempuannya pulang, Tristan mengecupi wajah Non yang masih terengah tak bisa mengenali dirinya sendiri.
Ketika akhirnya badai itu mereda, dia mendapati Tristan menatapnya dengan tatapan memuja. Dia tahu apa yang baru saja Tristan berikan padanya. Sesuatu yang dia ingin berikan juga. Mengingat itu, dia hanya bisa memeluk lelakinya saja.
"I promise I will only come to you when you ask me. No need to beg. Just say please."
"Tristan ..."
"Howdy? Your first, rite?"
Non mengangguk di lekuk leher Tristan.
"Enak banget. Makasih ya."
"You're welcome."
"How bout you?"
Tristan terkekeh. "Nggak usah pikirin gue. Gampang. Tapi kalau lu mau bantuin, gue akan sangat senang."
Non terdiam.
"Siap lihat gue polosan? Lu aja belum mau polosan di depan gue."
Non mengeratkan pelukannya.
"Nanti aja ya. Sekarang kalau gue lama di kamar mandi nggak usah sebegitunya ngelihatin gue ya. Ngerti aja sih."
Non makin tersaruk di lekuk leher suaminya.
"Ayo tidur dulu. Lu pasti lemes banget kan?"
Tristan membantu merapikan baju Non. Gerakannya lembut sesekali dia menoleh menatap wajah Non sambil tersenyum. Dia membantu Non merebahkan tubuh.
"Enak nggak?" Dia bertanya dengan tubuh tersanggah sebelah tangannya.
Non mengangguk.
"DP dulu ya. Aslinya lebih enak." Dia memainkan anak rambut di pelipis Non.
"Memang lu pernah rasain?"
Tristan terkekeh.
"Percaya gue ya. Kalau sama liang, gue masih perjaka. Cuma main tangan aja."
Non mendengus.
"Tidur, Non." Dia merebahkan tubuhnya dan menarik Non mendekat. Memeluknya lagi dan lagi. "I love you, Non."
Tristan membuatnya nelayang makin tinggi. Jika tulangnya masih berbentuk, Non tentu akan kesulitan tidur. Namun tubuhnya begitu lemah, tak lama,dia sudah berpindah alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Hari [End, Full]
RomanceNONA binti Fulanah merasa neraka hidupnya berubah menjadi surga ketika Fabian Samudra menjadikannya adik angkat dan membiayai sekolahnya. Dia tinggal bersama dua belas saudara angkatnya di rumah kayu berbentuk panggung di lereng gunung, replika ruma...